Wooow,,, pendaratannya lumayan mengerikan, maklum selain pesawatnya baling-baling, kanan kirinya gunung, jadi harus berputar-putar mencari posisi yang tepat untuk pendaratan.
Dan akhirnya pesawat mendarat dengan sempurna. Tibalah di Bandara Sultan Salahudin Bima.
Waktu menunjukkan pukul 16.30 sore waktu Bima.
Seorang penjemput sudah menunggu dengan mobilnya di pintu depan bandara, driver itu namanya Yono, pemuda asal Bima.
Dari Bima melanjutkan perjalanan menuju Dompu. Sepanjang perjalanan relatif sepi, hampir tidak ditemui toko besar.
Untuk sampai ke Dompu dibutuhkan waktu sekitar 3 jam perjalanan, hingga akhirnya menginap di guest house di Dompu.
“Sebenarnya kalau di Jawa lebih mirip dengan kos-kosan. Tempatnya bersih, pakai kipas angin dan tentu jangan berharap ada bath up atau air hangat,” kata
Andik.
Andik.
Keesokan paginya, perjalanan dilanjutkan dari Dompu ke Desa Pancasila untuk memulai pendakian ke Gunung Tambora.
“Jika pergi ke Gunung Tambora, jangan pernah melewatkan momen melewati savana sepanjang perjalanan dari Dompu ke Desa Pancasila, tepatnya di Desa Doropeti, berasa seperti di Afrika,” ungkapnya.
Savananya luas dengan hewan ternak yang masih liar dan latar belakang Gunung Tambora yang sangat megah.
Indonesia sangat kaya, yah sangat kaya pantas jika ada yang menyebut Indonesia tanah surga, tongkat kayu dan batu jadi tanaman.