Laporan Wartawan Tribun Kaltim, Angie Erwanto
TRIBUNNEWS.COM, SANGATTA - Tepatnya di Jalan Inpres, Desa Pasar Raya, Kecamatan Sangatta Selatan, Kutai Timur, Kalimantan Timur (Kaltim), Masjid At Taubah masih berdiri kokoh sejak dibangun 38 tahun lalu, atau pada 1977 dengan nama Masjid Raya Sangatta.
Pendirinya adalah H Saidun, Dani, Ibud dan Syahran.
Sebelumnya, lahan masjid merupakan lapangan sepak bola di dekat kawasan pasar Sangatta Lama yang memang merupakan kawasan ramai.
“Dulunya, hanya lapangan sepak bola. Kemudian hadir perusahaan migas di kawasan sini (Sangatta Selatan). Membawa banyak pendatang. Dari situ, desa Sangatta menjadi lebih berkembang. Hingga berdirilah masjid ini yang dinamakan Masjid Raya Sangatta,” ungkap Busri, penjaga Masjid At Taubah.
Seiring dengan pertambahan pendatang, menurut Busri, dari cerita-cerita para sesepuh, Desa Sangatta yang kini dinamakan Sangatta Lama, dulunya dikenal sebagai kawasan kriminalitas tinggi.
Perkelahian, perjudian, pesta miras dan kehidupan malam, berada di lokasi tersebut.
Perkelahian kerap terjadi, tak jarang berakhir dengan kematian.
Belum lagi ditambah dengan kegiatan prostitusi yang marak karena banyaknya pekerja pendatang yang tinggal di kawasan desa Sangatta.
Dari mereka yang melakukan perbuatan kriminal, banyak yang akhirnya bertaubat di Masjid Raya Sangatta.
Belakangan, nama masjid pun berubah menjadi Masjid At Taubah.
“Bukan hanya karena banyak yang bertaubat di masjid ini, tapi imam masjid juga pendirinya ingin mengajak warga sekitar yang masih berkecimpung di dunia malam dan kriminalitas, agar bertaubat. Sehingga masjid ini dinamakan Masjid At Taubah,” kata Busri.
Sekarang ini, masjid At Taubah telah mengalami beberapa kali renovasi di beberapa bagian masjid, namun masih tetap digunakan sebagai tempat beribadah.
Memiliki luas sekitar 200 meter persegi, jemaah yang datang tak hanya dari warga sekitar, tapi juga dari Kecamatan Sangatta Utara, Sangkima.
Apalagi di bulan Ramadan, suasana masjid selalu ramai di waktu salat fardu dan mendekati waktu berbuka.
“Banyak masyarakat sekitar maupun dari Sangatta Utara yang datang mengantar makanan untuk berbuka di masjid. Setiap hari sekitar 150 orang berbuka di masjid. Baik orang dewasa maupun anak-anak. Mereka secara rutin melakukan pengajian terlebih dulu di sore hari, dilanjutkan berbuka bersama dan salat magrib berjamaah,” ujar Busri yang tinggal tak jauh dari Masjid At Taubah.