Laporan Wartawan Sriwijaya Post, Yandi Triansyah
TRIBUNNEWS.COM, KAYUAGUNG - Di Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), ada satu kecamatan yang di juluki “Kota Tikar”. Namanya Kecamatan Pedamaran.
Julukan ini merujuk kepada mata pencarian sebagian besar warga yang tinggal di sana, yakni menganyam tikar.
Pedamaran terdiri dari 14 desa dan 8 di antaranya merupakan pusat kerajinan tikar.
Seorang pengrajin sedang menganyam tikar berbahan purun, di Kecamatan Pedamaran, Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Sumsel. (Sriwijaya Post/Yandi Triansyah)
Seperti Desa Pedamaran 1, Pedamaran 2, Pedamaran III, Pedamaran 4, Pedamaran 5, Pedamaran 6, Menang Raya, dan Lebuh Rarak.
Banyaknya tanaman purun (bahan baku tikar) di kawasan Pedamaran, menjadi potensi penghasilan sendiri bagi warga yang bermukim di kawasan tersebut.
Purun merupan bahan baku utama dalam membuat kerajinan tikar. Tikar sendiri digunakan untuk alas tidur, alas makan, tempat tidur dan sebagainya.
Purun yang tumbuh secara liar di kawasan rawa, dicabut. Kemudia purun tersebut di potong sesuai dengan kebutuhan.
Kemudian purun yang telah di potong dijemur di bawah terik matahari, gunanya untuk mengurangi kadar air yang terdapat dalam purun tersebut.
Setelah kering, purun diikat menyatu untuk dipukul dengan alat yang disebut antan alias alu. Supaya purun bisa halus sebelum dianyam.
Agar anyaman purun lebih menarik, diberikan pewarna sesuai dengan kebutuhan.
Seorang pengrajin menunjukan hasil anyaman tikar berbahan purun, di Kecamatan Pedamaran, Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Sumsel. (Sriwijaya Post/Yandi Triansyah)
Biasanya orang Pedamaran lebih dominan dengan warna biru, merah dan kuning.
Setelah dilakukan pewarnaan melalui pencampuran warna dan air yang sudah mendidih, tidak perlu waktu lama.
Cukup dicelupkan purun tersebut sekitar lebih kurang satu menit kemudian angkat dan dijemur lagi supaya warnanya dipastikan melekat di purun tersebut.