News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Travel Story

Masjid dan Makam Tgk Lambaet, Bireuen, Aceh, Ada Misteri yang Belum Terungkap hingga Kini

Editor: Malvyandie Haryadi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Tampak Makam Tgk Lambaet yang butuh dipugar untuk keselamatan situs sejarah di Desa Aweu Geutah Paya, Kecamatan Peusangan Siblah Krueng, Kabupaten Bireuen, Aceh.

TRIBUNNEWS.COM, BIREUEN - Tepat pilihan anda bila memanfaatkan waktu akhir pekan dengan wisata religi di bulan Ramadhan seperti ini.

Kali ini, kami berkesempatan menyambang Situs Makam dan Masjid Tgk Lambaet.

Tak seperti situs-situs ulama lainnya, informasi minim dan tak adanya penulisan tahun arab yang tertera di kedua peninggalan sejarah itu.


Asnawi, memperlihatkan tembok makam Tgk Lambaet di Desa Aweu Geutah Paya, Kecamatan Peusangan Siblah Krueng, Aceh, yang terbuat dari bebatuan sungai yang direkatkan dengan putih telur. (Desi Safnita/Kompas.com)

 Akibatnya, kami kesulitan mengungkap sejarah yang terletak di Desa Aweu Geutah Paya, Kecamatan Peusangan Siblah Krueng, Kabupaten Bireuen, Aceh.

Selain itu, letak makam yang jauh dari rumah penduduk serta ditutupi rimbunnya pepohonan, menjadikan situs itu jarang dikunjungi oleh warga pendatang yang tidak mengetahuinya.

Beruntung, penulis mendapat sejumlah informasi dari tokoh masyarakat setempat yang juga pendiri Pondok Pesantren Tgk Lambaet yang berada tak jauh dari lokasi.

Asnawi, demikian namanya disapa, mengisahkan tentang makam dan masjid merupakan peninggalan Tgk Malem Puteh atau lebih dikenal dengan panggilan Tgk Lambaet.

Keberadaan Tgk Lambaet di Desa Awe Geutah Paya, diakuinya jauh sebelum Belanda masuk ke Aceh.

Nama Lambaet sendiri saat ini dikenal sebagai sebuah desa di Kabupaten Aceh Besar, Aceh.
”Kebiasaan masyarakat pada masa itu untuk menyebut nama sosok dihormati sebagai guru, dengan menyebut asal daerah dari sosok tersebut,” kata Asnawi.

Kedatangan Tgk Lambaet ke Desa Awee Geutah Paya diketahui guna mengajarkan Al Quran dan pengetahuan agama Islam lainnya kepada penduduk setempat.

Di sana pula akhirnya ia meninggal dan dimakamkan yang dibuktikan dari makam yang memiliki nisan batu besar dan dikelilingi tembok berukuran 4x5 meter.

Uniknya, tembok itu dibuat menggunakan bebatuan sungai yang direkatkan menggunakan putih telur.

”Bangunan ini belum pernah dipugar kecuali atapnya sudah diganti seng itu pun sudah lama sekali makanya kondisi terakhirnya begini,” jelas lelaki paruh baya itu.

Mengunjungi sisa-sisa fondasi masjid yang berjarak 100 meter dengan makam, penulis mengamati luas bagian dalam masjid tempat diperkirakan 660 cm x 660 cm persegi.

”Kemungkinan pada saat itu jumlah saf shalat berjamaah dalam masjid diperkirakan 5 baris dengan perkiraan lebar baris didasarkan ukuran sajadah yakni 120 x 60 cm persegi,” jelasnya.

Diakui Asnawi, kunjungan warga ke sana tidak sebanyak kunjungan ke situs rumah Tgk Chik Aweu Geutah, yang berjarak kurang dari 1 kilometer dengan situs makam Tgk Lambaet.

Sehingga informasi keberadaan situs Tgk Lambaet langka ditemukan bahkan diketahui oleh masyarakat luas.

”Tidak ada yang mampu mengungkapkan situs ini hingga diketahui asal usulnya. Padahal banyak peneliti yang sudah kemari dan menyakini situs ini berusia ratusan tahun,” jelasnya.

Untuk itu ia berharap pemkab melalui dinas terkait melakukan pemugaran yang tidak mengurangi nilai situs.

Hal itu agar semakin banyak warga yang berkunjung dan bertukar informasi terkait situs makam dan Masjid Tgk Lambaet tersebut. (Desi Safnita Saifan)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini