"Memasaknya dengan cara dikukus. Jadi, loyangnya dipanaskan dulu. Demikian juga dengan air untuk mengukusnya, harus dimatangkan dulu hingga mendidih," katanya.
Kue Amparan Tatak Banjar, Kalimantan Selatan. (Banjarmasin Post/Yayu Fathilal)
Setelah loyang panas dan air kukusannya mendidih, baru adonan dituang ke dalam loyang.
"Harus begini caranya. Kalau tidak, hasilnya dan rasanya tidak enak," katanya.
Kue ini dimasak dalam waktu yang cukup lama, yaitu sekitar 1-1,5 jam.
Selama bulan puasa, dia biasa menjual kue ini di dekat pengkolan Jalan Adhyaksa, Banjarmasin.
Di luar bulan puasa, dia biasa berjualan di warung miliknya, yaitu warung Wadai Khas Banjar Mama Nana di Jalan Kampung Melayu di seberang warung Mie Dadang atau di depan Warung Bakso Engot.
Kue ini seloyang besar dijualnya Rp 180.000. Kalau sepotong besar dijualnya Rp 11.000.
Salah satu pembelinya adalah Ferry yang sering menyantap kue ini untuk menu berbuka puasa. Rasanya yang gurih paling disukainya.
"Paling enak makan bagian atasnya yang bersantan itu. Enak banget," katanya.
Kue ini banyak dan mudah ditemukan di Banjarmasin walaupun tidak di bulan puasa.
Salah satunya ada di warung kue milik Hj Mursidah ini.
Menuju kemari sangat mudah aksesnya, bisa menggunakan kendaraan umum seperti ojek, becak atau bajaj.
Tinggal bilang saja mau ke Jalan Kampung Melayu dan turun di depan warung Mie Dadang, karena warung kuenya ini tepat ada di seberangnya.