TRIBUNNEWS.COM - Siapa tak kenal Kawasan Nasional Tanjung Puting? kawasan ini terletak di semenanjung barat daya provinsi Kalimantan Tengah.
Secara geografis taman nasional ini meliputi wilayah kecamatan Kumai di Kota Waringin Barat dan kecamatan lain di Kabupaten Seruyan.
Taman Nasional ini dikelola oleh balai Taman Nasional Tanjung Puting, salah satu UPT Ditjen Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (PHKA) Kementrian Kehutanan.
Ada apa disana? Ada banyak keindahan-keindahan yang membuat hati seakan bergetar saat mengarungi aliran sungai berwarna kecoklatan yang kemudian menjadi hitam pekat bagaikan cermin, ada rasa was-was bercampur menjadi satu, khawatir tiba-tiba muncul buaya muara yang memang berada di perairan sungai tersebut.
Perahu kelotok melaju perlahan membelah perairan sungai yang hitam karena dipenuhi akar gambut, saat menolehkan kepala kebawah seakan kita bercermin dalam pantulan air sungai. Sungguh indah dan cantik tapi juga mendebarkan.
Seekor orangutan asyik bermain di antara pepohonan di Taman Nasional Tanjung Puting, Kalimantan Tengah
Setibanya di kawasan Taman Nasional Tanjung Puting yang mana menjadi tempat berkembang biaknya species Orang Utan, kembali rasa was-was menghampiri, khawatir Orang Utan bertubuh besar dan berbulu lebat tersebut akan menyambut dengan garang.
Sepanjang jalan membelah hutan Taman Nasional, beberapa Orang Utan sedang duduk santai sambil menimang buah hatinya, membiarkan si buah hati bermain dan menggelendot manja di pangkuan sang ibu.
Sedikit miris melihat keberadaan para Orang Utan saat mengingat betapa banyaknya hutan tropis yang ditebang oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab yang hanya mementingkan bisnis semata.
Terlintas di benak bahwa mereka akan kehilangan areal untuk bermain, bermanja bahkan kehilangan tempat untuk mencari makan dan berkembang biak.
Tatapan mata bayi mungil Orang Utan dikawasan ini seakan mengisyaratkan para pengunjung untuk menjaga mereka, membiarkan mereka hidup sebagaimana mestinya di hutan Taman Nasional Tanjung Puting. Sesekali mereka bercanda, bergelantungan di pohon-pohon tinggi yang menjulang lalu kemudian turun untuk kembali ke pangkuan ibunya.
Papan larangan dipasang untuk menjaga dan menghormati si empunya hutan. Mereka perlu kesunyian, mereka butuh kasih sayang.
Mereka tidak menuntut banyak dari kita manusia, mereka hanya butuh tempat tinggal yang layak, mereka hanya butuh tempat untuk bersenda gurau, mereka tidak butuh gedung tinggi, tidak butuh pendingin ruangan dan tidak butuh apapun yang apabila pada akhirnya akan memusnahkan habitat mereka.