News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Wisata Yogyakarta

Wisata Sejarah Yogyakarta: Taman Sari, Museum Memorial HM Soeharto, Candi Ijo yang Misterius

Editor: Agung Budi Santoso
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Lorong bawah tanah di Komplek Taman Sari, Yogyakarta. Warisan Kerajaan Mataram (Tribun Jogja/ Hamim Thohari)

TRIBUNNEWS.COM, YOGYAKARTA - Sebagai kota pendidikan dan sejarah, Yogyakarta tentu mengoleksi begitu banyak destinasi wisata sejarah, khususnya wisata keraton.

Apa saja wisata sejarah yang layak Anda kunjungi ketika pelesiran ke kota gudeg ini? Berikut catatan Hamim Thohari dari Tribun Jogja:

- Tamansari Peninggalan Kerajaan Mataram

Taman Sari di Kota Yogyakarta barangkali bisa menjawab rasa haus dan keingintahuan Anda pada sektor wisata sejarah di Kota Gudeg ini.

Keindahan arsitekturnya, kesejukan taman yang asri, membuat Taman Sari layak untuk dikunjungi ketika anda berkunjung ke kota yang syarat dengan peninggalan budaya Jawa kuno itu.

Lorong-lorong penuh misteri yang ada di bawahnya membuat istana air sang raja zaman dulu dan para selirnya menarik untuk ditelusuri.


Wisata sejarah Taman Sari di Yogyakarta. Saksi kemewahan raja-raja Jawa dan para selirnya.

Istana ini merupakan sebuah komplek sistematis yang lebih banyak menonjolkan unsur artistik pada bagian kolam dan air. Konon, Istana Air ini dipergunakan oleh Raja Mataram untuk menikmati ritual mandi pada bulan-bulan tertentu.

Inilah selera seni tinggi Pangeran Mangkubumi yang bergelar Sultan Hamengku Buwono I dalam membangun keraton di tengah sumbu imajiner yang membentang di antara Gunung Merapi dan Pantai Parangtritis.

Titik yang menjadi acuan pembangunan keraton adalah sebuah umbul (mata air).

Untuk menghormati jasa istri-istri Sultan, karena telah membantu selama masa peperangan, ia memerintahkan Demak Tegis seorang arsitek berkebangsaan Portugis dan Bupati Madiun untuk membangun sebuah istana di umbul yang terletak 500 meter selatan Keraton.

Istana yang dibangun ketika pada tahun 1758-1769 ini dikelilingi segaran (danau buatan) dengan wewangian dari bunga-bunga yang sengaja ditanam di pulau buatan di sekitarnya itu sekarang dikenal dengan nama Taman Sari.

-- Baca selengkapnya artikel ini, klik di sini!

Candi Ijo yang Masih Misterius 

Jika berkunjung ke Yogyakarta, wisata sejarah khususnya mengunjungi candi bisa menjadi salah satu pilihan.

Anda mungkin sudah sering mendengar Candi Borobudur, Prambanan, dan candi Ratu Boko.

Sejatinya, masih banyak candi-candi yang­ belum terekspos meski memiliki potensi ­wisata yang juga cukup menarik, Candi Ijo salah satunya.

Terletak di ketinggian 375 meter di atas permukaan laut (Mdpl), Candi Ijo merupakan candi yang letaknya paling tinggi di Yogyakarta.

Dari ketinggian itu, sudah terbayang keindahan panorama perbukitan.

Disebut Candi Ijo karena candi yang dibangun sekitar abad ke-9 itu dibangun di sebuah bukit yang dikenal Bukit Hijau atau Gumuk Ijo.


Pemandangan Candi Ijo yang terletak di Dusun Groyokan, Desa Sambirejo, Kecamatan Prambanan, Sleman.

Penyebutan nama desa Ijo pertama kalinya disebut di dalam Prasasti Poh yang berasal dari tahun 906 Masehi.

Dalam prasati tersebut ditulis tentang seorang hadirin upacara yang berasal dari desa Wuang Hijau.

Jika benar demikian maka nama Ijo setidaknya telah berumur 1100 tahun hingga tahun 2006 yang lalu.

Kompleks candi Ijo merupakan kompleks percandian yang berteras-teras yang semakin meninggi ke belakang yakni sisi timur dengan bagian belakang sebagai pusat percandian.

Teras pertama merupakan teras berundak yang membujur dari barat ke timur.

Sedangkan bangunan pada teras teratas berupa pagar keliling dan delapan buah lingga patok.

Di teras terakhir ini pula candi utama berdiri lengkap dengan tiga candi perwara.

Pada candi utama terdapat sebuah bilik dengan Lingga Yoni yang melambangkan Dewa Siwa yang menyatu dengan Dewi Parwati.

Sedangkan di dalam candi-candi perwara, pengunjung dapat melihat arca candi yang konon merupakan kendaraan Dewa Siwa dan meja batu atau disebut padmasana.

Ragam bentuk seni rupa juga dapat dijumpai di kompleks Candi Ijo. Salah satunya ukiran kala makara dengan motif kepala gand­a dan beberapa atributnya.

-- Baca selengkapnya artikel ini, klik di sini!

Museum Memorial Jenderal Besar HM Soeharto

Berkuasa selama 32 tahun di Indonesia, tentunya banyak cerita yang ditinggalkan oleh mendiang mantan Presiden kedua Indonesia, Soeharto.

Untuk mengenang kehidupan dan sepak terjang Bapak Pembangunan tersebut, pihak keluarga membangun sebuah museum yang diresmikan pada tanggal 8 Juni 2013 yang lalu.

Museum tersebut bernama Memorial Jenderal Besar HM Soeharto yang merupakan sebuah tempat seluas 3.620 meter persegi, dimana terdapat koleksi memoar tentang mantan presiden Soeharto.

Bangunan ini terletak di dusun Kemusuk, Kelurahan Argomulyo, Kecamatan Sedayu, Kabupaten Bantul.

Museum ini didirikan untuk mengenang jasa dan pengabdian Pak Harto semasa hidupnya untuk bangsa Indonesia.


Suasana Museum Memorial Jenderal Besar HM Soeharto di Bantul, Yogyakarta

Di museum ini dipajang berbagai prestasinya semasa menjabat sebagai berkarier di dunia militer, dan Presiden RI selama 32 tahun.

Memorial ini dibangun oleh Probosutedjo (adik Soeharto).

Memasuki komplek memorial pengunjung akan disambut dengan patung Jenderal Soeharto yang berdiri gagah memunggungi sebuah bangunan joglo seluas 600m persegi.

Lalu ada patung-patung Pak Harto lain, seperti patung yang menghadap masjid di komplek museum, patung Pak Harto di pendopo, serta patung Pak Harto yang sedang salat di sisi utara gedung deodrama.

-- Baca selengkapnya artikel ini, klik di sini!

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini