Laporan Wartawan Tribun Bali, AA Putu Santiasa
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR – Satu kain khas Nusa Penida, Bali yang sudah sangat terkenal karena motifnya yang unik dan warna yang dominan mencolok dengan kombinasi dua hingga empat warna yang saling nabrak adalah kain tenun rangrang.
Kain ini banyak diburu oleh wisatawan sebagai oleh-oleh ketika berlibur ke Bali.
Untuk mendapatkan kain tenun ini dan melihat langsung pengerjaannya, bisa mengunjungi Kelompok Tenun Winangun Asri yang merupakan penenun binaan Bank Indonesia di Desa Tenun Pejukutan, Kecamatan Nusa Penida, Klungkung.
Namun, jika tidak sempat ke Nusa Penida, kain hasil tenun ini sudah banyak beredar di Denpasar dan bisa didapatkan dengan mudah di berbagai butik di Denpasar.
Seorang penenun menunjukkan kain tenun rangrang warna poleng (Tribun Bali/ Ida Ayu Sadnyari)
Satu diantaranya, saat ini bisa didapatkan di stan yang ada di Pesta Kesenian Bali.
Bagi para pencinta kain dan fashion tidak percuma jika menyempatkan waktu mengunjungi stan yang tidak jauh dari pintu masuk Art Centre Denpasar ini.
Sebab tenun rangrang dengan warna-warna yang menarik dipajang di sini.
Setiap mata yang melihat pasti akan terpesona dengan keindahannya.
Menurut Ni Wayan Muryani sang pemilik usaha, kain rangrang memiliki ciri khas motif yang berbentuk wajik serta terdapat lubang-lubang pada pinggiran motif tersebut.
Rangrang berarti arang-arang (jarang-jarang) atau berlubang.
Lubangnya tidak besar, sangat kecil bahkan, lubang tersebut ialah pertemuan antara motif yang satu dengan yang lainnya.
“Makanya namanya rangrang, karena lubang tersebut. Saat ini kain rangrang memang lagi booming di kalangan fashion tanah air, bahkan Kapolda Bali dan istrinya pun beberapa waktu lalu memakainya saat pembukaan PKB,” ujarnya sembari menunjukan foto Ronny F Sompie beserta istri.
Selain motif, warna kain rangrang ini juga bervariasi serta selalu bernuansa cerah dan terang.
Kain tenun rangrang (Tribun Bali/ I Nyoman Mahayasa)
Hal ini agar para pemakai kain selalu dalam hati yang senang dan riang.
Adapun harganya ialah berkisar antara Rp 150 ribu – Rp 2 juta.
Jika kain rangrang sutra harganya Rp 400 ribu- Rp 500 ribu.
Sementara baju dari kain tenun rangrang dijual dengan harga Rp 450 ribu.
Andalannya ialah kain rangrang warna hitam dengan bentuk wajik yang berwarna emas.
Tampak megah dan mewah.
“Nah warna hitam dengan motif batik emas itu yang dipakai Pak Kapolda Bali beserta istrinya,” ujarnya dengan bangga.
Ia mengatakan, dirinya selalu menggali ide terus-menerus.
Bahkan oleh suaminya beberapa motif dipadukan dengan baju kemeja.
Selain motif wajik ia juga menawarkan motif kotak, rok panjang kain rangrang dan jenis fashion lainnya.
“Saya bermain di bisnis selera jadi ide harus selalu dikembangkan. Warna harus digali lebih dalam, tapi tidak jauh menyimpang dari esensi kain rangrang itu. Saya sangat menjaga kualitas, karena banyak yang dapat meniru kain rangrang ini tanpa memperhitungkan kualitasnya,” ujarnya kepada Tribun Bali sembari merapikan beberapa kain di raknya.
Aktivitas menenun yang membutuhkan kesabaran dan ketelitian (Tribun Bali/ Ida Ayu Made Sadnyari)
Menurutnya dalam bisnis seperti ini kualitas adalah harga mati.
Untuk itu, ia selalu memantau benang yang digunakan untuk membuat kain tersebut.
Serta kualitas pengerjaannya pun mendapat perhatian darinya.
Untuk memasarkan kainnya, ia selalu mengikuti pameran-pameran di ranah nasional.
“Kemarin saya ikut pameran di Jakarta, kalau disana banyak yang beli karena memang lagi ngetop, biasanya yang beli di tempat saya memang orang-orang yang mengetahui kualitas kain. Yang tahu kain berani bayar berapa saja,” jelasnya.