News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Wisata Jatim

Jangan Lupa Coba Nasi Krawu Saat Anda Singgah di Gresik

Editor: Malvyandie Haryadi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Sajian nasi krawu

Laporan Wartawan Surya, Wiwit Purwanto

TRIBUNNEWS.COM, GRESIK - Bicara tentang Kota Gresik terbersit dalam pikiran kita adalah sebuah kota dengan pabrik Semen Gresik.

Tidak salah, namun jangan lupa jika di Gresik, juga ada kuliner khas kota itu yakni nasi krawu.


Nasi menir. (Surya/Wiwit Purwanto)

Selain nasi krawu kuliner lainnya yang menjadi khas adalah otak-otak bandeng, atau kue pudak yang sudah sangat populer.

Meski nasi krawu saat ini mulai langka ditemukan. Penjualnya pun kebanyakan sudah turun temurun dan ada di area tertentu.

Tidak cukup hanya mendatangi area perkotaan dan depot di pinggir jalan raya saja. Perlu menjelajah perkampungan warga supaya menemukan menu unik yang susah dijumpai di kota lain.

Seperti Depot Mbuk Marjani di Jalan Nyai Ageng Pinatih. Di tempat ini aneka menu khas Gresik buatan orang Madura tersedia. Nasi krawu dihidangkan dengan lauk yang bukan terbatas empal atau daging sapi goreng suwir saja.

Bali belut, bali tahu, babat goreng, babat bumbu kecap, usus goreng, paru goreng, dan semur usus sapi disiapkan sebagai lauk pendamping nasi krawu. “Daging suwir sudah pasti, serundeng, dan sambal petis belacan,” ujar Mu’amaroh, cucu Mbuk Marjani.

Lauk seperti bali belut atau semur usus sapi ini jarang ada di depot-depot penjual nasi krawu. Masakan seperti ini kebanyakan ditemui di tempat makan yang diolah orang Madura asli.

Mereka sebagai pendatang menularkan aneka kuliner yang menjadi bagian kehidupan warga Gresik asli.

Nasi krawu sendiri di masa lalu merupakan makanan para pekerja di pelabuhan. Mbuk Marjani berjualan nasi krawu sudah lebih dari 40 tahun.

Sebelumnya, dia menjajakan nasi krawu dan semur usus digendong keliling kampung.

“Delapan belas tahun belakangan ini menetap di Jalan Nyai Ageng Pinatih,” ucap Mu’amaroh.

Setiap jenis lauk diletakkan di atas piring besar. Semur usus diwadahi panci besar yang berada di atas kompor sehingga tidak pernah dingin. Jika dingin, kuahnya akan mengental (ngendhal) dan tak lagi menarik untuk dimakan.

Semur usus ini dibuat dari usus sapi bumbu bawang putih, bawang merah, lengkuas, dan sedikit kecap.

Proses memasaknya cukup lama yaitu mulai pukul 03.00 hingga 08.00, itu pun tidak pernah diturunkan dari kompor. “Usus kalau tidak lama merebusnya akan alot,” imbuh Munirah, saudara Mbuk Marjani.

Setiap hari, mereka membutuhkan babat 10 hingga 15 kilogram, daging suwir krawu delapan kilogram, dan delapan butir kelapa untuk membuat serundeng. Sedangkan sambalnya dibuat dari campuran petis dan belacan.

“Paling enak pakai belacan, menurut kami, lebih khas aromanya,” kata Munirah sembari menunjukkan semangkuk belacan.

Belacan dan terasi sama-sama dibuat dari pasta udang. Belacan lebih ringan rasa dan aromanya dibanding terasi karena proses fermentasinya yang sebentar.

Belacan lebih disukai orang-orang Melayu, orang Indonesia memilih terasi yang berwarna gelap dan rasanya lebih kuat.

Menu lainnya yang sudah langka adalah nasi menir. Sesuai namanya, nasi ini memakai kuah sayur yang dicampur ulekan beras menir yaitu beras pecahan atau patahan hasil gilingan padi.

Namun, di depot Mbuk Marjani ini kuah tidak terlalu keruh malah cenderung jernih mirip sayur bayam bening.

Seperti apa ya nasi menir ini? Rajangan kangkung direbus dengan bumbu berupa kunci, bawang putih, bawang merah, dan ulekan beras. Garam dan gula ditambahkan untuk memperkuat rasa.

Nasi menir semakin sedap karena disajikan di atas piring berlapis daun pisang.

Nasi putihnya disiram kuah sayur menir dan didampingi sambal mangga muda atau pencit, lauk babat kecap, pindang goreng, gimbal udang, atau daging.

“Lauk sebenarnya terserah pembeli, ada juga yang sayur menir berlauk bali belut,” papar Mu’amaroh. Yang pasti kombinasi ini menghasilkan rasa pedas, asam, dan segar.

Lestari Maharani (33) sering mengajak putrinya, Nabilla (8), sepulang sekolah mampir ke Depot Mbuk Marjani. “Sayurnya seperti sayur bening, segar dan cocok dimakan siang hari,” ungkap Lestari.

Sayur menir ada pula di luar Kota Gresik, yang berjualan biasanya pendatang dari Gresik. Yang membedakan, lauk pendampingnya. Ada yang menikmati nasi menir ini dengan peyek teri atau bali tahu.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini