Laporan Wartawan Banjarmasin Post, Yayu Fathilal
TRIBUNNEWS.COM, KABUPATEN BANJAR -Namanya terdengar mistis dan menyeramkan, yaitu Alam Roh. Walau begitu, tempat ini adalah markas pejuang kemerdekaan rakyat Kalimantan Selatan di masa lalu.
Monumen perjuangan kemerdekaan di Alam Roh yang tidak terawat. (Banjarmasin Post/Yayu Fathilal)
Lokasinya memang terpencil. Sangat jauh dari keramaian kota. Tepatnya ada di Desa Pakualam RT 2, Kecamatan Sungai Tabuk, Kabupaten Banjar.
Memasuki desa ini, tampak penduduknya hanya sedikit. Lokasi Alam Roh terletak sekitar beberapa ratus meter di luar perkampungan warga.
Di sana, ada Monumen ALRI Divisi IV Pertahanan Kalimantan dan sebuah rumah adat Banjar Bubungan Tinggi yang difungsikan sebagai pos penjaga dan museum mini tentang sejarah perjuangan para pahlawan itu. Areanya kecil, pun dengan monumennya.
Di bagian tengah, ada prasasti kecil yang diatasnya ditancapi tiang bendera dengan sehelai bendera Merah Putih yang sudah tampak usang warnanya berkibar-kibar di sana.
Prasasti itu menerangkan tentang peresmian tempat ini oleh Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan pada 16 Mei 1983.
Di bagian kirinya, ada monumen itu yang menerangkan pernyataan warga Kalimantan Selatan untuk bergabung dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia pada 17 Mei 1949.
Di dinding monumen, ada relief yang mengisahkan perjuangan para pahlawan rakyat Kalimantan Selatan tersebut.
Sementara di samping monumen ini ada kuburan sang pemilik tanah ini, seorang warga desa tersebut yang mewakafkan tanahnya kepada para pejuang untuk digunakan sebagai markas.
Sementara di bagian lainnya ada rumah adat Banjar Bubungan Tinggi sebagai pos penjaga monumen ini. Di dalamnya, ada beberapa benda bersejarah milik para pejuang tersebut.
Misalnya, ada dua keris yang diikat kain kuning, sepucuk pistol berbahan kayu ulin bermoncong besi buatan tangan para pahlawan tersebut dan serangkaian selongsong peluru milik penjajah Belanda.
Di bagian lain ruangan ini, ada senapan angin dari kayu, baju tentara dan kaus dalam berajah mantra-mantra bertulisan Arab atau dalam Bahasa Banjar disebut Baju Barajah.
Ada juga tombak dari bambu berpucuk besi runcing yang tampak sudah berkarat.