Pitung membangun jaringan pasukan Jembatan Lima, Jakarta Barat yang dipimpin oleh Cing Sa'dullah.
Aksi Tidak Berkomplotan
Setiap menjalankan aksi perampokan, Si Pitung tidak membangun komplotan, melainkan kompak berdua dengan sepupunya yaitu Ji'in yang kemudian di hukum mati.
Pitung bekerja sendiri hingga membuat polisi Belanda sulit melacak informasi mengenai keberadaannya.
Rumah Si Pitung yang berlokasi di Marunda ini sesungguhnya adalah rumah Haji Safiudin seorang bandar perdagangan ikan di kawasan utara Jakarta.
Menurut kabar, Pitung merampok rumah Haji Safiudin hingga rumahnya diakui milik Pitung, tetapi muncul kabar versi kedua bahwasanya Safiudin dan Pitung melakukan kesepakatan.
Perginya Uang Hasil Rampokan
Pitung tak pernah menikmati hasil rampokannya usai beraksi, ia pun tidak pernah beristri lantaran statusnya sebagai buronan yang membuat tidak dapat menetap di suatu tempat.
Pitung bukan penjudi atau pemabuk, ia hanya penganut tarekat dan dapat menulis dalam aksara Melayu dan juga Arab.
Akhir Riwayat Si Pitung
Dan mulai saat itu, Pitung kerap berkunjung ke rumah Haji Safiudin yang kemudian terkenal dengan nama rumah Si Pitung.
Namun karena seringkali tinggal di sana, keberadaan Pitung akhirnya tercium oleh mata-mata Belanda saat itu.