Selain sajian kesenian khas Sulsel, sejumlah lomba juga digelar panitia.
Seperti lomba melukis, lomba foto dan lomba menulis.
Berbagai komunitas fotografi dan para blogger pun mendirikan tenda di lahan sawah yang kering sebagai tempat menginap mereka di Rammang Rammang.
Dalam sambutannya, Gubernur sedikit 'memesan' pada pemerintah daerah Maros akan pembenahan Rammang Rammang.
Pasalnya, eksotika Rammang Rammang menjadi konsentrasi Dinas Pariwisata Sulsel untuk destinasi baru yang dikembangkan, selain Teluk Laikang di Kabupaten Takalar.
Sehingga wisatawan tidak melulu mengenal Toraja dan Tanjung Bira di Bulukumba jika hendak melancong ke Sulawesi Selatan.
"Selain dermaga yang mesti dibenahi, saya bayangkan ada kereta di Rammang Rammang dan bisa mencapai diatas karst. Saya sudah pernah uji coba kereta di Toraja Utara. Semoga di Maros juga bisa," ujarnya, yang diamini tetamu malam itu.
Bupati Maros M Hatta Rahman pun optimis akan pembenahan Rammang Rammang yang tak kalah indahnya dengan karst di China dan Vietnam.
Ia mengaku telah menganggarkan pembenahan Rammang Rammang dan akan membenahi dermaga sebagai pintu masuk ke 'surga tersembunyi' ini.
Sajian kesenian khas Sulsel pun dibuka dengan aksi Pakacaping. Meski malam sudah menyelimuti dan disinari rembulan, festival ini tak henti didatangi warga.
Warga menumpang perahu untuk mengarungi sungai Pute selama 20 menit, karena panitia menyediakan 43 perahu secara gratis menuju Rammang Rammang.
Sajian Pakacaping, salah satu instrumen tradisional khas Sulsel, pun menghangatkan suasana.
Sejumlah pemain Pakacaping yang bahkan sudah berumur, namun sangat lihai memainkan alat musik kayu berdawai dua yang bentuknya menyerupai kayu tersebut.
Tarian Enam Bidadari