Laporan Wartawan Surya, Wiwit Purwanto
TRIBUNNEWS.COM, MALANG - Kesenian tari topeng asal Kabupaten Malang ternyata masih banyak peminatnya.
Salah satunya terlihat saat pementasan tari topeng Malang di Pendapa Taman Budaya Jawa Timur.
Perkembangan topeng Malangan seperti diungkapkan Suroso, seniman topeng Malangan yang juga cucu dari Mbah Karimun, mengatakan di daerahnya di Malang masih banyak mereka yang ingin belajar seni topeng Malangan.
"Mulai membuat topeng, hingga tari topeng," katanya di sela pentas di Taman Budaya.
Tari Topeng Malang, kesenian warisan Kerajaan Majapahit yang masih lestari hingga sekarang (Surya/ Wiwit Purwanto)
Mereka yang lagi menggeluti topeng Malangan ini bukan hanya orang dewasa saja, banyak anak-anak dan remaja yang kini belajar mendalami kesenian topeng Malangan.
Topeng Malangan sendiri kata Suroso, adalah sebuah kesenian kuno yang berusia ratusan tahun.
"Dulu pada awalnya saya juga membuat topeng terus ikut menari dan sekarang juga bisa menjadi sutradara," kata Suroso yang berperan sebagai Semar.
Menurutnya tari topeng adalah kesenian bangsawan jaman Majapahit.
Dengan menggunakan topeng untuk menggambarkan secara simbolis karakter dalam peran yang dimainkan.
Pada kesenian tari topeng ini ada tiga jenis pemain, yakni wayang, karena pemainnya menggunakan kostum wayang, topeng karena menggunakan topeng dan dalang yakni pelakunya.
Tari Topeng Malang, kesenian warisan Kerajaan Majapahit yang masih lestari hingga sekarang (Surya/ Wiwit Purwanto)
Bagi Suroso sendiri tari topeng ini sudah turun temurun empat generasi. Dan seperti kesenian tradisional lainnya, sebelum memainkan peran tari topeng selalu didahului dengan ritual.
"Ada doa sebelum main, meminta kepada Tuhan, memberitahu kepada leluhur Pada kesempatan penampilan di Taman Budaya, Suroso bersama rekan rekannya dari Pakisaji, Malang memainkan lakon Umbul Umbul Mojopuro.
Sebuah cerita mengenai transisi kepemimpinan pada masa Kerajaan Jenggala.