Menurut pengakuan Harun yang merupakan anak H Keuchik Leumik, baru-baru ini pihak Balai Kajian Sejarah Aceh yang membawa tim dari pusat meninjau langsung koleksi keluarga itu untuk direkomendasikan sebagai salah satu warisan budaya nasional.
Harun memaparkan pada zaman kerajaan Aceh mewariskan 250-an motif etnik untuk perhiasan.
Dirinya sendiri mengoleksi emas antik dan langka sejak tahun 1980.
Di antaranya kalung motif dirham yang sejak dibelinya sudah berumur 100 tahun.
Adalagi hiasan dada motif bulan sabit yang dikreasi dengan taburan permata dan cawargi dan telah berumur 150 tahun sejak dibeli olehnya.
Cawargi merupakan aksen perhiasan khas karya pengrajin Aceh.
Perhiasan etnik berupa emas motif pintu Aceh tersedia mulai berat 1 mayam atau 3,3 gram hingga puluhan mayam.
Perhiasan ini Menggunakan emas 18 - 22 karat.
Motifnya detail dan rapi.
Sekilas terlihat rumit dan hanya bisa dihasilkan oleh tangan-tangan yang terampil.
Perhiasan emas keluarga Keuchik Leumik banyak diburu oleh pelancong dari provinsi tetangga Sumatera Utara, Jakarta, dan pelancong dari negeri jiran Malaysia.
Lokasi dan waktu
Tribun Travel menjumpai Harun yang merupakan generasi kedua dari H Keuchik Leumik di toko emas miliknya di kawasan Pasar Atjeh Lama yang menempati sisi Jalan Tgk Chik Pante Kulu, Banda Aceh.
Pasar tradisional tersebut menempel persis di samping Masjid Raya Baiturrahman yang berlokasi di pusat kota.