Museum Bahari diresmikan oleh mantan Gubernur DKI Jakarta, Letnan Jenderal TNI Marinir, Ali Sadikin pada 7 Juli 1977 yang mengkoleksi beragam perahu tradisional.
Ada sekitar 130 (seratus tiga puluh) benda bersejarah kapal yang terbuat dari kayu dan juga miniatur kapal pinisi yang berjejer di dalam museum ini.
Keragaman suku bangsa memperlihatkan pula budaya kebahariannya atas perahu-perahu tradisionil setiap masing-masing daerah di nusantara.
Semuanya memiliki kekhasan tersendiri dan di Museum Bahari ini tersaji secara lengkap juga terawat secara utuh.
Adapun perlengkapan penangkapan ikan termasuk koleksi-koleksi yang berhubungan dengan teknologi pelayaran (pembuatan kapal dan sistem navigasi) dalam keragaman hayati laut tanah air.
Bekas-bekas meriam terjejer di mana dahulu barang itu sangat berperan penting yang kini menjadi bukti sejarah seiring perjalanan masa ke masa.
Begitu pula dengan kemudi perahu yang dahulu digunakan pada era zaman nenek moyang sebagai saksi sejarah.
Secara historis museum ini memang bagian dari perjalanan kebaharian itu sendiri sekaligus sebuah menomen untuk mengingatkan kita bahwa jangan sekali-kali meninggalkan laut.
Sebab memang sejak jaman dahulu ‘nenek moyang kita adalah seorang orang pelaut’ yang berani mengarungi samudra luas dan lepas.
Harga Tiket dan Jam Operasional
Menuju ke Museum Bahari tidak sulit hanya perlu menyewa taksi atau ojek dari Halte Busway/Stasiun Jakarta, dari sana sudah tidak terlalu jauh dengan melewati Restoran Raja Kuring.
Sesampainya di lokasi akan tercium bau menyengat ikan dari pasar yang berdiri persis di depan museum.
Untuk harga tiket masuk ke sini pengunjung dikenakan tarif Rp 5.000 bagi dewasa, Rp 3.000 mahasiswa, Rp 2.000 anak-anak/ pelajar.
Museum ini beroperassi setiap hari Selasa-Minggu pukul 09.00-15.00 WIB, sedang hari Senin dan tanggal merah nasional tidak buka.