TRIBUNNEWS.COM - Mesir selama ini dikenal dengan pesona piramida, sphinx serta kejayaan dinasti kaum Fir'aun.
Banyak hal menarik yang dibahas di sana, dari bangunan-bangunan tuanya hingga pesona wangi parfum Ratu Cleopatra.
Mesir dikenal sebagai negara tempat pemuda-pemuda Islam belajar.
Penduduknya tak hanya beragama Islam, namun juga Nasrani.
Tak heran jika di sini tak hanya ada masjid namun juga gereja.
Ada gereja bernama Gereja Gantung dan Gereja Abu Serga.
Menyusuri Gunung Sinai dengan naik onta (Peter F Lantu)
Gereja ini bernilai historis karena merupakan wadah pengungsian keluarga Kudus ketika dikejar Herodes.
Di sana juga ada tempat ibadah orang Yahudi, yaitu Sinagoga Ben Ezra.
Tempat ini merupakan lokasi Nabi Musa saat masih bayi diambil oleh puteri Firaun dari Sungai Nil.
Tempat ibadah menarik lainnya adalah Gereja St Simon the Tanner.
Tempat ini menarik karena dikeliling oleh gunungan sampah.
Oleh orang-orang Indonesia, lantas disebut Gereja Sampah.
Warga setempat kebanyakan bermata pencarian dari sektor sampah.
Mereka beragama Nasrani yang kemudian membangun gereja di tengah perkampungan itu.
Mesir juga dikenal dengan legenda Ratu Cleopatra yang dikenal karena pesona kecantikannya mampu menaklukkan Firaun, membuat sang raja tersebut jatuh hati.
Menariknya, ternyata Cleopatra tidaklah secantik yang disangka banyak orang selama ini.
Seorang warga Banjarmasin, Peter F Lantu yang belum lama ini berkunjung ke Mesir, sempat mengunjungi sebuah daerah tempat para pembuat minyak wangi kesayangan Ratu Cleopatra, yaitu minyak Narwastu.
Wisatawan disambut hangat oleh para pemuda berbusana khas Mesir zaman dulu di atas kapal pesiar di Sungai Nil (Peter F Lantu)
Kendati ke sana dia mengikuti program perjalanan wisata dari sebuah agen perjalanan, namun pria beranak satu ini tetap hobi menggali banyak informasi terkait kebudayaan setempat.
Tak heran jika kemudian banyak cerita yang bisa dikisahkannya kepada BPost tentang kebudayaan warga sana.
Di antaranya adalah kisah tentang Ratu Cleopatra.
Tak Secantik Dibayangkan Banyak Orang
Menurut beberapa warga setempat, ternyata Cleopatra tidaklah secantik yang disangka banyak orang selama ini.
"Kabarnya wajahnya bopeng, nggak cantik. Makanya dia suka sekali memakai cadar. Yang cantik itu Nefertiti, salah satu ratu Mesir kuno juga. Nefertiti konon asli Mesir, kalau Cleopatra dari Palestina," jelasnya.
Hebatnya, seorang Cleopatra berhasil memikat hati Firaun hingga membuatnya tergila-gila ternyata karena daya pikat wangi semerbak parfum Narwastu, bukan karena kebagusan parasnya.
Konon, Cleopatra sering memakai minyak wangi itu, membuat para pria kemudian berpikir bahwa pemakainya pastilah seorang yang cantik dan membuat mereka bertekuk lutut pada pesonanya.
Kisah ini hidup sebagai legenda lisan di tengah-tengah masyarakat setempat.
Tak ada yang mengetahui pasti sebenarnya seperti apa wajah asli Cleopatra, namun penggambaran wajahnya yang tak secantik seperti yang sering dikisahkan di film-film Hollywood itu dituturkan warga setempat dari masa ke masa, hidup bagaikan sebuah cerita rakyat setempat.
Hal ini membuatnya terkejut, tentunya.
"Baru tahu ya ternyata Cleopatra itu nggak cantik. Yang ngomong itu nggak cuma satu orang lho, tetapi beberapa orang warga sana saat kami mengobrol," tuturnya.
Sayangnya, dia lupa nama daerah pembuatan parfum Narwastu itu.
"Bisa dikatakan Narwastu itu mungkin minyak pelet pemikat lelaki dan wangi juga aromanya. Susah menjelaskan wanginya seperti apa," katanya.
Di sana, parfum ini dijual dalam botol-botol kecil. Para wisatawan yang berkunjung ke sana kerap memburunya untuk buah tangan.
"Saya lupa harganya, beli sedikit saja sih karena lumayan mahal harganya kalau dirupiahkan. Buat kenang-kenangan saja," papar pria keturunan Manado ini.
Selain ke tempat pembuatan minyak wangi Narwastu, dia juga berkunjung ke Gunung Sinai di Kota Sharm El Sheikh.
Gunung Sinai adalah lokasi bersejarah tempat Nabi Musa menerima 10 Perintah Allah.
"Kabarnya, sunset atau matahari tenggelamnya di sana bagus lho. Gunungnya tinggi banget. Saya naik ke sana pakai unta. Bayarnya 30 dollar sekali jalan," ungkapnya.
Gunungnya berupa batu yang tinggi dan pastinya gersang seperti layaknya gunung di kawasan Arab. Lerengnya terjal. Menaikinya dengan unta yang sengaja disewakan oleh penduduk setempat.
Saat menunggangi unta ini, wisatawan tak didampingi joki untanya. Sebab, unta diyakini sebagai hewan cerdas yang mampu menjaga diri dan mengerti jalur yang berbahaya.
Hal ini tentu membuatnya takut setengah mati, apalagi dia sejatinya bukan seorang pendaki gunung.
"Takut juga saat itu, soalnya tebingnya curam sementara untanya jalan terus dan jokinya tidak mendampingi atau mengarahkan untanya," ceritanya.
Di puncak gunung ini, ada batu khusus tempat duduk Nabi Musa.
Di sana juga ada masjid dan gereja untuk para wisatawan muslim dan Kristen yang ingin beribadah karena Nabi Musa adalah tokoh bersejarah dalam kedua agama ini.
Di sekitar sini banyak bebatuan.
Saat di sana, dia memungut beberapa buah batu sebagai kenang-kenangan.
Batu-batu itu kemudian digosoknya dijadikannya oleh-oleh.
"Batunya biasa saja sih, lebih bagus batu asli Indonesia seperti akik atau kecubung. Warnanya rata-rata coklat, tetapi kan rasanya beda kalau mengambil sendiri di puncak gunung bersejarah dalam agama saya, yaitu Kristen. Apalagi batunya saya pungut dekat tempat duduknya Nabi Musa, rasanya itu sesuatu banget. Kemudian dijadikan oleh-oleh. Wah, senangnya bukan main," ceritanya.
Dia memungut batu itu tak sendiri, namun beberapa orang keluarganya yang juga turut serta dalam perjalanan itu juga melakukannya.
Peter F Lantu berpose di depan piramida (Peter F Lantu)
Tak heran jika kemudian saat pulang ke Banjarmasin, mereka ini sampai kelebihan bagasi.
"Isinya oleh-oleh dan batu Gunung Sinai semua. Sampai di Banjarmasin saya gosok, saya jadikan batu cincin. Bebatuan itu habis diambil keluarga saya semua, mereka senang sekali dapat oleh-oleh spesial," ujarnya penuh semangat.
Selama di sana, dia juga bertemu beberapa warga lokal.
Menurutnya, mereka ramah dan selalu terbuka ke para wisatawan.
Jarang Mandi
Dia juga sempat bertemu suku lokal penghuni padang pasir, yaitu suku Bidouin.
Dia memiliki pengalaman tak terlupakan saat bertemu mereka ini, yaitu harus sering menahan nafas karena aroma badan orang-orang padang pasir itu.
"Mereka itu sepertinya jarang mandi ya, mungkin karena hidupnya di padang pasir airnya sulit. Tetapi mereka pada dasarnya baik kok dan selalu ramah ke wisatawan," tuturnya.
Berpelesiran ke Mesir tentunya sangat didambakan oleh mereka yang ingin menapaktilasi kehidupan tokoh-tokoh bersejarah dalam keyakinan suatu agama.
Mesir memang memiliki banyak pesona, selain Sungai Nil-nya yang ternama, pesona piramida dengan patung Sphinx-nya juga tempat-tempat ibadahnya yang penuh sejarah.
Hendak kemari diperlukan biaya sekitar Rp 28 juta per orang jika bergabung dengan agen perjalanan.
"Semua sudah termasuk, kecuali kalau naik Gunung Sinai dan menikmati makan malam di kapal Nile Cruise plus nonton pertunjukan Belly Dance atau tari perut. Kalau yang ini masing-masing tarifnya per orang 30 dollar," tutupnya. (Yayu Fathilal)