Laporan Wartawan Tribun Bali, Cisilia Agustina Siahaan
TRIBUNNEWS.COM, JEMBRANA - Sebuah Pohon Bunut tua dengan kain poleng berdiri kokoh dengan akar-akarnya yang merambat hingga ke bawah.
Terletak di tengah-tengah jalan, pohon ini tampak unik dengan akar-akarnya tersebut yang berbentuk lubang besar, sebagai tempat melintasnya orang-orang dan kendaraan di kawasan tersebut.
Lubang yang besar ini pun dapat dilewati oleh berbagai kendaraan, mulai dari motor, mobil, bahkan hingga truk bisa melintas di bawah pohon ini.
Itulah mengapa, pohon yang sepintas mirip dengan pohon beringin ini, kemudian disebut dengan nama Bunut Bolong.
Wisatawan berfoto di bawah Bunut Bolong di Jembrana, Bali (Tribun Bali/ Ayu Dessy Wulansari)
“Ini bukan Pohon Beringin, ini namanya Pohon Bunut.
Sudah lama sekali ada, bahkan dari saya belum lahir sudah ada, sekitar tahun 1920-an,” ujar Gusti Ayu, pemilik warung di sekitaran Bunut Bolong.
Menurutnya, sejak pertama kali penduduk menempati Desa Manggisari ini, Bunut Bolong ini sudah ada.
Tepat di sebelah pohon yang dikeramatkan ini, juga tampak sebuah pura, yakni Pura Pujangga Sakti, tempat bersembahyangnya para warga desa Manggisari yang dibangun sebagai bentuk penghormatan kepada seorang Empu yang bernama Dang Hyang Sidhi Mantra.
Menjadi satu kawasan objek wisata oleh pemerintah daerah setempat, Bunut Bolong berada di Desa Manggisari, Kecamatan Pekutatan, Kabupaten Jembrana, Bali.
Tepat di sisi kanan sebelum keberadaan Bunut Bolong ini, tampak spanduk membentang yang isinya sebagai ucapan sambutan telah tiba di kawasan Objek Wisata satu ini.
Tak hanya mencuri perhatian masyarakat lokal Bali, namun juga para wisatawan lokal hingga wisatawan mancanegara.
Mulai dari anak-anak muda Bali hingga para turis asing datang berkunjung ke objek wisata yang kental dengan nuansa magisnya ini.
Seperti tiga orang turis asing asal California, yang bersama seorang guide lokal asal Monang Maning, Denpasar, berhenti sejenak di kawasan Bunut Bolong setelah sebelumnya berkunjung ke beberapa lokasi wisata di Bali Utara.
Dengan ekspresi terkesima, kemudian mereka pun mengambil kamera untuk mengabadikan momen di objek tersebut.
Umat Hindu di Jembrana menyiapkan sesajian di dekat Bunut Bolong di Jembrana, Bali (Tribun Bali/ Ayu Dessy Wulansari)
“Saya jarang bawa tamu ke sini, kebetulan ini mereka sendiri yang mau. Sebelumnya mereka sudah cari tahu dulu tentang Bunut Bolong,” ujar Made yang tengah beristirahat di sebuah bale bengong milik warung sekitar.
Menurutnya, rute perjalanan menuju Bunut Bolong bukanlah ia yang menentukan sebagai tour guide, tapi atas dasar keinginan para tamunya.
Pantangan Untuk Jenazah dan Pengantin Baru
Keberadaan objek wisata satu ini pun tergolong masih asri.
Di sisi sebelahnya masih tampak hutan-hutan yang rindang.
Udara segar khas perbukitan pun masih cukup terasa di sini.
Beberapa warung lokal tampak hadir di sini, dua di sisi kanan jika sebelum Bunut Bolong, dan satu lagi di kiri jalan, tepat setelahnya.
Warung-warung sederhana ini pun menyediakan berbagai makanan, minuman, dan jajanan lokal dengan harga terjangkau untuk para pengunjung di kawasan Bunut Bolong.
Sekitar 83 km, jarak tempuh untuk mencapai lokasi di mana Bunut Bolong ini berada, jika datang dari arah pusat Kota Denpasar atau menghabiskan 2,5 jam perjalanan dengan berkendara.
Sebagaimana kawasan perbukitan, akses untuk menuju kawasan ini pun melalui jalanan yang cukup berliku, namun kondisi jalan ini tergolong baik dan mulus.
Calon Pengantin, Pengantin dan Jenazah Dilarang Melintas di Bawah Bunut Bolong
Menjadi objek yang dikeramatkan, tentunya ada beberapa aturan yang menurut penduduk setempat tidak boleh dilanggar.
Di antaranya adalah aturan bagi mereka yang melintas di bawah Bunut Bolong ini.
Menurut Gusti Ayu, yang tidak boleh melintas di bawah Bunut bolong ini adalah pengantin atau calon pengantin dan juga jenazah.
“Kalau orang nganten atau yang meninggal (jenazah), gak boleh lewat sini. Harus lewat jalan di sebelahnya. Ini sudah menjadi kepercayaan warga di sini,” ujarnya.
Menurut kepercayaan warga setempat, jika dilewati oleh calon pengantin, konon pernikahannya akan gagal, atau terjadi musibah dan hal-hal tidak baik lainnya.
Oleh karena itu, dibuatlah akses jalan alternatif, tepat di sebelah pohon bunut tersebut.
Khusus bagi mereka para calon pengantin ataupun rombongan jenazah.
Lewat jalan alternatif inilah, mereka diperkenankan untuk lewat.
Tak hanya itu, di kanan dan kiri Bunut Bolong ini tampak dibuatkan pelinggih untuk tempat bersembahyang.
Bahkan tak jarang, penduduk yang berkendara melewati pohon ini, kemudian berhenti sejenak.
Mereka menghaturkan canang yang sudah mereka bawa, kemudian bersembahyang di sini.
“Ya, mampir sembahyang di sini. Biar selamat di perjalanan,” ujar salah seorang supir pick up yang melinta di bawah Bunut Bolong.