Laporan Wartawan Tribun Bali, Cisilia Agustina S
TRIBUNNEWS.COM, TABANAN - Pupuan, satu wilayah di Kabupaten Tabanan ini memiliki potensi wisata alam yang tak kalah dari daerah lainnya di Bali.
Mulai dari agrowisata kopi, air terjun, hingga area persawahan disuguhkan dalam landscape yang akan memanjakan mata siapapun yang melihatnya.
Ya, tak hanya di Kawasan Jatiluwih ataupun Ubud yang memiliki hamparan sawah nan cantik.
Hamparan sawah di Pupuan ini tak sekadar membentang begitu saja. Namun dengan terasering yang berundak, sehingga membuat makin menarik. (Tribun Bali/Cisilia)
Begitu juga di sini, tepatnya di Desa Blimbing, Kecamatan Pupuan, Kabupaten Tabanan, Bali.
Sepanjang jalan, tampak pada sisi kanan dan kiri, hamparan sawah hijau membentang menjadi pemandangan utama yang menyegarkan.
Apalagi desa ini penduduknya sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani.
Meskipun tidak ada plang penanda dan fasilitas penunjang yang menunjukkan ini sebuah kawasan pariwisata, berdasarkan pantauan Tribun Bali, banyak kendaraan di jalur ini yang menepi dan berhenti.
Tampak beberapa rombongan wisatawan mancanegara (wisman) turun dari mobil bersama dengan pemandu wisata.
Tak hanya itu, di area persawahan juga sudah tampak beberapa bule yang lebih dulu turun dan menikmati keindahan alam satu ini.
Walaupun baru saja melalui masa panen yang menandakan area persawahan ini kembali kosong, namun hal tersebut tak menyurutkan keinginan para turis tersebut berkeliling menikmati panorama alam di sini.
Wisatawan asing menikmati pemandangan indah di Pupuan, Tabanan. (Tribun Bali/Cisilia)
Apalagi ditambah dengan aliran air jernih menuju subak tersebut, menciptakan refleksi yang membuatnya cantik ketika diterpa cahaya matahari.
“This kind of view, a greeny rice field along the way, just hard to forget. Very beautiful,” ujar Jane, seorang wisatawan asing asal Perth, Australia.
Menurut seorang petani yang ada di sana, kini sudah mulai banyak turis yang menyambangi kawasan sawah Pupuan.
Khususnya di akhir pekan, baik pagi dan sore hari, banyak kendaraan wisatawan yang melintas di daerah tersebut menuju Buleleng, berhenti sejenak dan mampir mengabadikan landscape tersebut dalam bentuk foto.
“Sekarang lagi mau mulai tanam lagi. Nanti baru lagi berapa minggu lagi bagusnya pas sudah tinggi-tinggi padinya,” ujar Ketut sambil mengumpulkan rumput di sekitar sawah.
Untuk mencapai kawasan ini, dapat ditempuh dalam waktu kurang lebih 2 jam perjalanan dari kota Denpasar.
Cukup bertanya pada warga sekitar kawasan Belimbing, Pupuan, maka mereka akan menunjukkan jalan menuju lokasi ini dan tidak begitu sulit karena cukup melewati akses jalan yang ada.
Ditambah dengan udara segar yang masih cukup bersih, objek satu ini bisa menjadi pilihan untuk melepas penat hiruk pikuk perkotaan.
Gemericik Air di Subak
Hamparan sawah di Pupuan ini tak sekadar membentang begitu saja.
Namun dengan terasering yang tampil berundak-undak yang membuatnya menarik perhatian.
Bentuknya yang berkelok-kelok mengikuti kontur tanah pun menambah kesan cantik kawasan satu ini.
Tak hanya ada satu titik saja, namun sawah-sawah ini ada di beberapa titik berbeda sepanjang Desa Belimbing.
Sayangnya, tidak ada akses jalan masuk seperti penanda atau jalan setapak untuk memasuki kawasan sawah.
Melalui jalan kecil di tepi jalan, di sanalah biasanya orang-orang masuk area sawah tersebut.
Para pengunjung pun bisa menyusuri pematang sawah.
Perlu berhati-hati ketika melewatinya jika tidak ingin terpeleset dan jatuh ke sawah.
Suara gemericik air mengalir pun menambah syahdu selama trekking di area sawah tersebut.
Bagi mereka yang sudah bosan dengan suasana pantai atau wisata mainstream yang disuguhkan di Bali Selatan, pesona alam yang disuguhkan desa ini pun bisa menjadi pilihan.
“Di sini juga punya potensi yang tidak kalah dari Kuta dan Ubud. Belum banyak terjamah, suasananya masih sepi justru jadi nilai tambah tempat kami ini,” ujar Ketut.
Ya, tempat ini masih bisa dikatakan sepi dari jamahan industri pariwisata.
Namun bukan berarti tempat ini mati, tetapi suasana sepi inilah yang kemudian dicari para wisatawan.
“Di sini enak masih sepi, belum ramai seperti di Kuta. Makanya wisatawan senang ke sini. Suasananya masih alami, biar orang tahu kalau Bali tidak sekadar pantai saja,” ujar Made Suyatra, seorang pemandu wisata yang sedang membawa tamunya ke kawasan Terasering Pupuan. (*)