Beruntung beberapa bangunan masih dihuni oleh pemiliknya serta masih menggambarkan modernitas pada zamannya.
Namun sayang, bangunan-bangunan ini tampak kusam dan terngganggu oleh pencemaran udara, bising dan goncangan truk dan aneka kendaraan.
Mari lepaskan sejenak keramaian jalan raya Lasem. Saya memulai perjalanan Anda dari Klenteng Cu An Kiong, klenteng utama Lasem.
Mural dalam Klenteng Cu An Kiong, Lasem. (Mahandis Y. Thamrin/National Geographic Indonesia)
Klenteng Cu An Kiong atau Ci An Gong dikenal sebagai ‘Istana Kebajikan dan Kedamaian’ merupakan klenteng tertua di Lasem yang berada di Jalan Dasun.
Bangunannya tampak megah dengan ragam hias ukiran dan lukisan.
Halaman klenteng memiliki sebuah tiang semacam tiang dek kapal laut, penanda bahwa dewa utama klenteng tersebut adalah Dewi Laut, dewi yang bernama Ma Zu atau dikenal Mak Co dalam Bahasa Hokkian.
Jika beruntung, kita dapat menyaksikan sembahyang Ce It Cap Go setiap tanggal 1 dan 15 penanggalan Imlek.
Kita pun dapat menyaksikan tradisi ritual lainnya seperti Sembahyang Imlek dan Sembahyang Arwah yang baru saja dilaksanakan pada tanggal 28 Agustus 2015 yang lalu.
Bertetangga dengan Cu An Kiong, sebuah rumah kuno berdiri megah dengan kekunoan dan kesederhanaannya.
Rumah itu dikenal dengan nama Lawang Ombo (Pintu Besar) atau rumah candu.
Pemiliknya, Tjoo Boen Hong seorang penggiat klenteng Cu An Kiong yang merupakan cucu luar dari dari pemilik rumah Lawang Ombo.
Di samping rumah ini terdapat makam pemilik rumah tersebut yaitu bernama Lin Cui Shun dengan nisannya yang berangka tahun 1855.
Menarik, rumah ini memiliki banyak kisah misteri termasuk di dalamnya adalah kisah mengenai perdagangan candu yang marak pada abad ke-19.
Rumah ini memiliki lubang tempat pengiriman candu secara rahasia yang terhubung dengan sebuah rumah keluarga Lim (marga Lin) yang kini telah menjadi kantor Polisi Sektor Lasem.