Apalagi kapal juga sempat mengalami kerusakan mesin. Selain menyelam di 2 dive spotTanjung Ayami, kami juga menyelam di Busurua.
Menyelam bersama hiu paus di Teluk Cendrawasih, Papua Barat, Senin (17/8/2015). (SURJATUN WIDJAJA)
Tujuan perjalanan kali ini adalah Bagan Kwantisore di Teluk Cendrawasih.
Desa Kwantisore adalah lokasi konservasi dan pusat penelitian Whale Shark.
Perairan Teluk Cendrawasih di sebelah utara Papua adalah Taman Nasional dengan perairan terluas di Indonesia.
Teluk Cendrawasih juga merupakan kawasan konservasi laut terbesar di Indonesia.
Whale shark atau Rhincodon typus, di Indonesia dikenal dengan sebutan Hiu Paus atau Cucut Geger Lintang, dan oleh nelayan di Teluk Cendrawasih dikenal dengan nama Gurano Bintang karena punggungnya penuh dengan motif bintang.
Hiu paus adalah jenis hiu terbesar.
Panjangnya bisa mencapai 14 meter dan dapat mencapai usia lebih dari 100 tahun.
Pada umumnya jenis betina lebih besar dari jantan.
Betinanya bertelur (ovoviviparous) namun dipelihara di dalam perutnya.
Ketika dilahirkan, panjang bayi berkisar 60-70 cm dan jumlah bayinya bisa mencapai ratusan ekor. Makanannya adalah plankton, kril dan ikan teri.
Walaupun mempunyai banyak gigi kecil namun tidak difungsikan karena cara makannya dengan membuka mulut lebar-lebar dan menyaringnya.
Ikan ini menyaring sampai 6.000 liter air dalam satu jam.
Mereka dapat menyelam sampai kedalaman 1.200 meter dan hidup secara berkelompok di habitat tertentu sampai 200-400 ekor.
Bergerak secara perlahan dengan kecepatan kira-kira 5 kilometer per jam.
Lilie Chow dan hiu paus (whale shark) di Teluk Cendrawasih, Papua Barat, Senin (17/8/2015). (SURJATUN WIDJAJA)
Di Kwantisore inilah Whale Shark sering muncul ke permukaan dan berinteraksi dengan manusia.
Ikan ini sangat jinak dan tidak takut orang.