TRIBUNNEWS.COM, HULU SUNGAI SELATAN - Bersantai di alam pedesaan memang menyenangkan bagi para traveler yang menyukainya.
Menikmati anugerah Illahi yang ada di alam yang masih alami sembari menyaksikan kehidupan para penduduknya, akan menjadi hiburan tersendiri, pelepas penat dan lelah.
Kalimantan Selatan, walau tak setenar Bali, juga memiliki pesona alam yang tak kalah menarik.
Pesona alam pedesaannya lengkap dengan aktifitas warganya hingga kini masih banyak ditemui di pelosok-pelosoknya.
Di antaranya adalah pesona kehidupan para kerbau atau dalam Bahasa Banjar disebut hadangan di alam bebas.
Para kerbau ini digembala oleh warga.
Tiap hari, mereka dilepas di sebuah tempat bernama Kalang Hadangan (kandang kerbau) di Desa Pandak Daun, Kecamatan Daha Utara, Kabupaten Hulu Sungai Selatan.
Tempat ini berupa alam bebas, seluas mata memandang.
Alamnya dipenuhi hamparan rawa dan di atasnya banyak tumbuhan air rawa.
Di sinilah para kerbau itu dengan bebasnya mandi dan berendam.
Mereka tetap diawasi oleh pemilik mereka, yaitu si penggembalanya.
Uniknya lagi, penggembalanya mengawasi kerbau-kerbaunya itu menggunakan perahu.
Warga bisa dengan bebas menyaksikan keunikan aktivitas penggembala dengan kerbau-kerbaunya ini sembari bersantai menikmati tenangnya alam pedesaan di sana.
Wisatawan pun bisa dengan bebas naik perahu berkeliling rawa, ikut menyaksikan para kerbau itu berendam.
Kerbau-kerbau itu jinak, sehingga tak perlu khawatir bakal dicelakai mereka.
Traveller dari Banjarmasin, Prasetyo Yulli Usaid pernah ke sana, menyaksikan langsung aksi para kerbau itu.
"Kerbaunya banyak, ratusan ekor. Mereka pagi-pagi dilepas dari kandangnya. Kandangnya dekat situ juga, terus mereka digiring ke air untuk bisa bebas mandi dan berendam," jelasnya.
Sementara alam rawanya sangat luas.
Dia memperkirakan luasnya mencapai ratusan hektar.
Menurutnya ini unik karena biasanya kerbau yang dipelihara hidupnya di darat, sementara yang ini bisa dengan bebasnya bermain-main di alam.
"Penggembalanya pun mengawasi mereka menggunakan perahu, bisa berupa jukung atau kelotok," paparnya.
Disarankan berkelilingnya sore ketika kerbau-kerbaunya mau naik ke kandang.
Soalnya lebih seru, mereka berbaris-baris dan tampak menurut dengan majikannya.
Menikmati pemandangan di sana sangat pas jika cuaca cerah.
Pastinya akan sangat menyenangkan bersantai di sana sembari menikmati makanan dan minuman jika cuaca cerah dan para kerbau itu pun bisa dengan bebas berinteraksi dengan alam.
Selama di sana, dia menyaksikan semua pemandangan ini sembari mengaso di pondok milik penggembalanya.
"Sambil makan kue plus secangkir kopi panas, rasanya nikmat sekali," bebernya.
Perjalanan yang ditempuhnya ke sana pun tergolong tak biasa untuk di zaman modern seperti ini, yaitu menyusuri sungai semalaman.
Padahal, untuk mencapai Kabupaten Hulu Sungai Selatan bisa menggunakan jalur darat dengan mobil angkutan umum dari Terminal Induk Km 6 di Banjarmasin.
Biayanya Rp 40.000 per orang ke Kandangan sebagai ibukota Kabupaten Hulu Sungai Selatan dan Rp 45.000 jika langsung ke Nagara yang lebih dekat lagi dengan lokasi tersebut, baru dilanjutkan ke Desa Pandak Daun ini.
Namun pria penyuka tantangan alam ini malah mencoba jalur yang berbeda.
Dia berangkat dari Banjarmasin, tepatnya di dermaga angkutan sungai di Pasar Sudimampir dari pukul 15.00 Wita.
"Naik kapal dagang, tiba di Nagara besok paginya pukul 09.00 Wita. Biayanya Rp 25.000 per orang," ujarnya.
Dari Nagara, dia kembali melanjutkan perjalanan sungai ke desa tersebut menggunakan kelotok lagi.
Kali ini, harus mengeluarkan uang Rp 150.000 untuk 5-8 orang dan sudah sepaket dengan berkeliling Kalang Hadangan.
Perjalanan ke Desa Pandak Daun melalui jalur sungai sekitar lima jam.
Menurutnya, perjalanan susur sungai ini dari Banjarmasin sangat menarik.
Selain bisa menikmati alam secara lebih puas karena bisa melihat langsung kehidupan pinggir sungai dan alam di Sungai Barito, biayanya juga lebih murah.
"Memang sih waktunya lebih lama, semalaman dari pagi sampai besok siang baru sampai, tapi rasanya nikmat sekali. Benar-benar bisa bebas menikmati keindahan alam. Makan tidurnya di kelotok," sebutnya.
Ketika pulangnya, dia memilih jalur darat.
Bagaimana? Tertarik ingin mencobanya?
Walau jalur melalui darat bisa juga ditempuh dan lebih cepat, namun cara yang dilakukan pria yang akrab disapa Tyo ini menarik juga.
Bahkan lebih asyik, karena lebih bisa menikmati suasana alam sembari menyusuri sungai.
Tinggal membawa perbekalan makanan, minuman dan uang yang cukup, sudah bisa menikmati perjalanan ini.
Kapal dagangnya banyak ditemui di dermaga Pasar Sudimampir di Banjarmasin.
Lokasinya dekat dengan Jembatan Sudimampir di Jalan Pangeran Antasari. (Yayu Fathilal)