TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Satu hari setelah diresmikan, Kepala Biro Umum Setda Provinsi DKI Jakarta, Agustinus Darmawan mengakui bahwa memang harus ada pengaturan pembatasan jumlah pengunjung wisata Balaikota karena tidak menduga pengunjung sangat ramai.
“Ramai sekali ya pengunjung, saya tidak menduga. Sosialisasi juga memang sudah ke mana-mana. Lewat media televisi, media cetak, lewat semua media, LED di wilayah kota, masuk semua. Mitranya Dinas Pajak, mitranya Dinas Perindustrian juga kita manfaatkan,” kata Agustinus.
Gedung Balaikota Jakarta. (Jakarta.go.id)
“Kalau saya lihat per 5 menit bisa sampai 100 orang, itu banyak sekali tapi cepat juga pulangnya. Bisa ribuan sampai sore ini, saya akan terus pantau lewat detektor, nanti akan ketahuan juga dari pintu secara otomatis, baik dari pintu selatan maupun utara,” sambungnya.
Menurut laporan petugas kepada Biro Umum Setda Provinsi DKI Jakarta, hingga pukul 11.20 WIB, Minggu (13/9/2015) tercatat ada sekitar 1.400 pengunjung.
Jumlah pengunjung ini akan terus bertambah sampai lokasi wisata Balaikota ini ditutup sore hari.
Petugas memberikan kesempatan wisata bagi warga dari seluruh penjuru dengan menerapkan sistem kelompok.
Artinya maksimal 30 orang per kelompok yang bisa memasuki ruangan-ruangan di Balaikota untuk selanjutnya dipandu oleh petugas menikmati wisata Balaikota.
Agustinus juga sangat mengapresiasi hiburan musik yang diambil dari pemusik jalanan di kawasan wisata Kota Tua.
“Nanti musiknya akan berganti-ganti. Saya sangat senang dengan petugas SKPD ini memberikan yang terbaik,” katanya.
Pedagang kerajinan di Wisata Balaikota sedang melakukan jual beli kepada pengunjung. Banyak terdapat pedagang dari mulai pedagang makanan khas Betawi, kerajinan, dan baju-baju di Lobi Blok G Balaikota Jakarta. Minggu (13/9/2015). KOMPAS.COM/KHUSWATUN HASANAH
Selain itu, Agustinus juga mengedukasi para pengunjung agar senantiasa memperhatikan kebersihan lingkungan Balaikota dengan membuang sampah pada tempatnya.
Para pengunjung juga dilarang membawa makanan dan minuman ketika masuk ke dalam ruang Balaikota demi menjaga kebersihan dan kenyamanan ruangan.
“Petugas kita juga standby agar pemantauan dari pintu masuk dengan alat detektor, memang semua yang masuk kita kan enggak tahu ya siapa-siapa yang masuk. Yang jelas mereka nggak akan bawa senjata tajam," katanya.
"Tapi kalau misalnya ada yang nyopet, kalau petugas kita lengah, gitu ya kan bisa saja terjadi. Upaya kita sudah maksimal supaya jangan sampai terjadi,” tambahnya.
Pihak Balaikota menomorsatukan pengamanan dengan membagi tugas pengamanan menjadi 3 shift yaitu pagi, siang, dan malam.
“Setiap shift-nya ada 40 orang petugas. Kalau ada hal-hal kriminal bisa nanti dilaporkan ke Polda, misalnya dari Polsek, lalu meningkat lagi ke Polres, lalu meningkat lagi lapor ke Polda. Karena keadaan juga kan nanti ini sampai sore pasti akan penuh. Pergantian shift pengamanan itu setiap 8 jam, tapi kalau malam nggak sampai 40 (pengunjung) kok, sekitar 26 orang saja,” tambah Agustinus.