Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Gedung Kesenian Jakarta atau disingkat GKJ merupakan tempat para seniman dari seluruh Nusantara unjuk tampil memperlihatkan kreasi seninya mulai dari teater, drama, film hingga sastra.
GKJ berlokasi di Jalan Gedung Kesenian 1, Sawah Besar, Jakarta Pusat persis di depan Pasar Baru yang umurnya tidak kalah lebih tua.
Awalnya hanyalah bangunan sederhana yang didirikan pada tahun 1821, selama penjajahan Inggris di bawah kepemimpinan Gubernur Jenderal Sir Stamford Raffles.
Pertunjukan seni di Gedung Kesenian Jakarta (GKJ).
Pembangunan gedung kesenian ini muncul melalui ide Gubernur Jenderal Belanda, Daendels yang kemudian disepakati oleh Stamford Raffles.
Gedung bersejarah ini akhirnya terealisasikan dengan gaya empire oleh arsitek Arsitek Para perwira Jeni VOC, Mayor Schultze.
Sebelumnya gedung ini bernama the Schouwburg yang pernah mempertunjukkan Shakespeare's Othello sebagai penampilan perdananya.
"Perjalanan Gedung Kesenian Jakarta ini melewati beragam peristiwa sejak didirikan tahun 1821," kata Dedi Djunaedi satu di antara pengelola GKJ kepada Tribun Travel, Selasa (15/9/2015).
Pada dasawarsa selanjutnya gedung ini digunakan untuk keperluan lain.
Sejarah mencatat, pada tahun 1926 Gerakan Kebangkitan Nasional mengadakan Kongres Pemoeda untuk kali pertamanya di gedung ini.
Gedung tersebut kemudian dipugar pada tahun 1987 dan dikembalikan ke fungsi asal sebagai gedung kesenian untuk konser dan pertunjukan.
"Setelah melewati perjalanan panjang gedung ini sempat dipugar lalu dioperasikan kembali ke fungai awalnya yaitu untuk praktik kesenian," ujar dia.
Daya tampung penontonnya mencapai 475 orang dengan luas panggung berukuran 10.7x14x17 meter yang cukup luas untuk pentas seni.
Koleksi di Gedung Kesenian Jakarta.
Dari segi peralatan tata cahaya, kamera (CCTV) di setiap ruangan, TV monitor, ruang foyer berukuran 5,80 x 24 meter serta fasilitas outdoor berupa electric billboard untuk keperluan publikasinya lengkap disediakan.