Ucapan Jonathan itu diakui Lia. "Tapi ada satu hal yang membuat kami selalu deg-degan di Indonesia, yakni saat hendak menyeberang jalan.
Kuliner sea food di Mentawai.
Sepeda motor dan mobil seperti enggan berhenti dan memberi jalan kepada penyeberang jalan. Ini perkara yang sangat sulit buat saya dan Lia," katanya.
Selama sepekan di Pulau Sumatera, mereka sudah mengunjungi beberapa obyek wisata utama di Padang, Bukittinggi, Bonjol dan Samosir, termasuk melihat koleksi Museum Simanindo yang tersimpan di lemari-lemari kaca yang mengitari dinding sebuah rumah adat warisan Raja Sidauruk.
Namun semua itu baru etape awal eksplorasi mereka di Sumatera.
"Dari Samosir, kami berencana ke Medan untuk kemudian bertolak ke Bukit Lawang untuk melihat orangutan (Pongo abelii). Jika memungkinkan kami juga mau ke Brastagi, Tanah Karo, sebelum bertolak ke Kota Sabang di Pulau Weh, Provinsi Aceh," katanya.
Selama di Pulau Weh di mana Tugu Nol Kilometer Indonesia berada, dia dan Lia ingin menikmati keindahan alam bawah laut di perairan itu.
"Untuk kepentingan penyelaman wisata bahari di Pulau Weh ini, saya sampai mengambil kursus menyelam di Perancis," katanya.
Rasa ingin tahu dan hasrat yang kuat untuk bisa langsung merasakan denyut kekuatan nilai kultur Batak Toba mereka tunjukkan selama berada beberapa jam di kompleks wisata Huta Bolon Simanindo yang berjarak sekitar sepuluh kilometer dari Tomok itu.
Jonathan dan Lia rela membayar tiket masuk sebesar Rp 50.000 per orang untuk menyaksikan pertunjukan upacara adat yang disebut "Mangalahat Horbo", "Borotan" dan "Godang Sigale-gale" yang digelar di halaman rumah Bolon peninggalan Raja Sidauruk itu.
Bahkan, mereka ikut bergabung dengan belasan wisatawan asing lainnya untuk menortor bersama para penari Batak yang berpartisipasi dalam keseluruhan rangkaian acara adat memotong kerbau dan memukul gondang di halaman Huta Bolon Simanindo itu.
"Benar-benar pengalaman yang menyenangkan," kata Jonathan seusai ikut menari bersama dengan para penari Tortor dengan iringan gendang khas Batak Toba itu.
Terusik Asap
Di tengah keasyikannya menuturkan soal ketertarikan dan ketakjubannya pada kekayaan wisata seni-budaya, alam, dan sejarah Indonesia, perjalanan wisata pertama mereka di Indonesia itu sedikit terusik oleh bencana asap akibat kebakaran hutan dan lahan di beberapa provinsi di Pulau Sumatera.
"Saya merasa kasihan dengan penduduk yang kesehatan dan perekonomiannya terganggu oleh bencana asap dari kebakaran hutan dan lahan itu," kata Jonathan.