Laporan Reporter Tribun Lampung Teguh Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM.COM, MENGGALA - Bangunan menyerupai Candi Prambanan dengan latar belakang pemandangan hamparan padang luas beberapa tahun belakangan naik daun.
Lokasi tersebut menjadi andalan anak muda dari Tulangbawang dan sekitarnya untuk jadi obyek foto.
Bahkan bila sore hari, bangunan ini ramai dikunjungi anak muda untuk sekadar kongko bersama teman-temannya.
Selain bangunan candi yang tak begitu besar, di dekatnya terdapat puluhan bangunan rumah adat asal berbagai daerah di Indonesia.
Sayangnya, satu bangunan yang merupakan rumah adat suku Batak belum lama ini terbakar.
Kayu berwarna hitam yang sudah menjadi arang sisa-sisa musibah kebakaran pun masih terlihat kala Tribun Lampung menyambangi daerah wisata Cakat Raya di sela-sela penilaian desa wisata tingkat Provinsi Lampung, beberapa hari lalu.
Tidak hanya itu saja, di beberapa rumah adat terdapat coretan-coretan tangan jahil yang menggunakan cat semprot.
Sementara di sekeliling bangunan-bangunan tersebut, ilalang terlihat begitu tinggi seakan-akan kompleks wisata yang kerap disebut sebagai Taman Mini Tulangbawang ini semakin merana.
Menurut beberapa warga sekitar, Cakat Raya saat ini sudah tidak diurus lagi. Padahal menurut mereka, saat baru selesai pembangunan, kompleks tersebut sudah ramai dikunjungi masyarakat.
Bahkan ada juga warga masyarakat yang berjualan makanan di lokasi. Tapi karena saat ini kondisinya seperti itu, akhirnya warga tidak berjualan lagi.
Helman Dadang dari Dinas Pariwisata Kabupaten Tulangbawang mengatakan, pihaknya memang belum melakukan pengelolaan Cakat Raya.
Hal ini dikarenakan hingga saat ini memang aset Cakat Raya belum diserahterimakan dari dinas PU kepada dinas pariwisata.
Makanya belum ada dinas yang melakukan pengelolaan di sana sehingga bangunan yang sudah ada tidak terjaga.
Ditambah lagi, saat ini pemkab sedang mengupayakan pembebasan sisa lahan yang digunakan dalam pembangunan Cakat Raya yang hingga saat ini masih ada yang belum terbayar.
Rumah adat daerah Tulang Bawang di Lampung.
"Dari 12 hektare lahan yang digunakan untuk pembangunan Cakat Raya, tinggal sekitar 3 hektare lagi lahan milik masyarakat yang belum dibebaskan.
Saat ini kami sedang melakukan upaya pembebasan lahan tersebut," kata Helman kala dijumpai di Kampung Menggala.
Ia mengatakan, selain Cakat Raya, dinas pariwisata saat ini sedang memfokuskan satu obyek wisata yang nantinya ditawarkan jadi obyek unggulan yakni Pulau Daging Kapal Cina.
Di lokasi yang dekat dengan pemukiman warga dan di tepi sungai ini, ada cerita sejarah yang melekat di sana.
"Ceritanya terkait adanya pembantaian manusia di sana. Mayat-mayat yang ada tertumpuk menjadi tinggi menjulang seperti sebuah pulau serta terdapat kapal Cina yang kini menjadi sebuah tebing," ujarnya.
Karena memiliki nilai cerita yang menarik, menurut Helman, makanya dinas pariwisata yang disuport bupati ingin mengembangkan daerah Pulau Daging Kapal Cina menjadi obyek wisata unggulan.
"Di sini juga terdapat beberapa bangunan tua seperti masjid tertua yang dibangun sejak zaman Belanda," tambah Helman.