News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Wisata Bali

Datanglah ke Desa Pejaten Tabanan, Bali, Anda Akan Diajak Membuat Keramik di Tempat Ini

Editor: Malvyandie Haryadi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pusat pembuatan keramik di Banjar Simpangan, Desa Pejaten, Kediri, Tabanan.

Laporan Wartawan Tribun Bali, Cisilia Agustina S

TRIBUNNEWS.COM, DENPASAR - Berwisata di Bali tidak hanya sekadar menikmati suguhan panorama alam yang memikat atau pertunjukan kesenian yang unik.

Berbagai hal lainnya juga turut disuguhkan di Pulau Dewata ini.

Seperti kerajinan-kerajinan yang kerap menjadi buah tangan setiap berplesir di sini.


Tanteris Museum.  (Tribun Bali/Cisilia Agustina)

Satu di antaranya adalah kerajinan keramik yang ditawarkan Tanteri Ceramic Bali, yang berada di Banjar Simpangan, Desa Pejaten, Kediri, Tabanan.

Sejak 1987, tempat yang didirikan oleh oleh I Made Tanteri, perintis kerajinan keramik di Desa Pejaten, ini menyuguhkan beragam kerajinan keramik.

Tak hanya keramik siap pakai yang disuguhkan di sini.

Namun, begitu juga dengan proses pembuatannya.

Tanteri Ceramic kini tengah getol mempromosikan kerajinan ini lewat beberapa paket yang ditawarkan kepada pengunjung atau konsumen yang datang, khususnya para wisatawan, bekerja sama dengan pihak travel agent.

“Kami menawarkan program tour dan workshop untuk para wisatawan. Respon yang diperoleh cukup bagus, rata-rata ada kunjungan tiap harinya dari wisatawan asing,” Direktur Utama Tanteri Ceramic, I Putu Oka Mahendra.


Beragam benda yang terbuat dari keramik di Tanteris Museum

Jadi selain dapat melihat proses pembuatan keramik dari awal hingga selesai menjadi produk akhir, para wisatawan ini juga dapat terlibat langsung.

Dengan program yang ditawarkan, yakni Pottery Tour, Workshop and Classes oleh Tanteri Ceramic, wisatawan dapat mencoba untuk membuat langsung keramiknya sendiri.

Program workshop yang terbagi menjadi tiga berdasarkan waktu.

Antara lain Afternoon Workshop Program yang berdurasi waktu satu jam, program dengan level basic ini bisa diikuti oleh pemula.

Program ini pukul 14.15-15.15 Wita.

Kemudian ada Morning Workshop Program dengan durasi waktu dua jam, mulai pukul 9.45-11.45 Wita.

Di sini, partisipan selain belajar membentuk tembikar di atas alat pemutar, juga akan belajar dekorasi dengan desain tradisional Bali hingga ke tahap pelapisan.

Sementara Sunset Workshop Program yang berdurasi tiga jam, mulai pukul 13.15-16.15 Wita, partisipan akan membuat keramik hingga ke tahap pembakaran.

Selain untuk menarik minat wisatawan, tujuan ditawarkan paket ini adalah untuk branding Desa Pejaten sebagai tempat kerajinan keramik.

Menurut Putu, saat ini perajin keramik semakin berkurang, karena kendala bahan baku yang makin langka.

Untuk memproduksi keramik di Tanteri Ceramic ini, perlu mengolah dan mendatangkan tanah putih dari Malang.

“Dari Malang pun bisa ada bisa juga tidak ada. Kami sudah mencoba menyusun proposal untuk membuat tanah bersama, sudah lima tahun proposal ini ke pemerintah provinsi tapi belum ada respon. Akhirnya para perajin makin lama makin berkurang, lama-lama tidak ada lagi perajin keramik,” ujar Putu.

Sebelumnya ada sekitar 150 perajin keramik yang aktif berproduksi di Desa Pejaten.

Namun hingga kini semakin sedikit yang tersisa.

Sejarah keramik di Desa Pejaten tidak lepas dari kerajinan gerabah sebagai pendahulunya.

Dahulunya masyarakat di sini memroduksi tembikar sebagai barang keperluan sehari-hari dan kepentingan upacara.

Kemudian bergeser menjadi pembuatan genteng press dan di tahun 80-an, mulai memproduksi keramik.

“Ini berkaitan dengan sejarah awal desa. Dulunya masyarakat hidup dari kerajinan gerabah. Hingga kemudian masuk barang-barang plastik, kerajinan gerabah atau tembikar ini ditinggalkan. Bergeser pada pembuatan genteng press yang dibutuhkan oleh hotel-hotel. Namun karena stok tanah yang berkurang, Pak Tanteri mencari ide dan merintis keramik di tahun 1984,” ujar Putu.

Hingga kini keramik-keramik tersebut terus dikembangkan dengan sentuhan seni yang kemudian kerap dijadikan suvenir dan pajangan dekorasi.

Tanteri Ceramic pun melakukan ekspor pertama kali pada sekitar 1991.

Keramik Seni dan Fungsi

Ada dua jenis keramik yang diproses Tanteri Ceramic, yakni keramik seni dan keramik fungsi.

Untuk proses yang dilalui pun hampir serupa.

Mulai dari pengolahan tanah, pembentukan keramik dengan alat putar, pengukiran atau dekorasi, pelapisan hingga proses pembakaran.

Hanya saja perbedaan pada bentuk atau sentuhan dekorasi yang lebih artistik untuk kategori keramik seni.

Sementara keramik fungsi lebih ke arah produk untuk kebutuhan sehari-hari, seperti piring, gelas, vas, dan lainnya.

Sementara untuk keramik seni tampil di area museum, berupa guci, pajangan meja dan yang lainnya.

Butuh waktu sekitar lima hari, dari awal proses pembuatan hingga selesai dibakar dan kemudian keramik-keramik ini siap dipasarkan.

Proses yang tidak singkat, yang menyebabkan waktu yang diperlukan pun lebih banyak.

Untuk proses pembakaran harus dilalui sebanyak dua kali.

“Yang pertama kali butuh waktu lima jam dengan suhu 500-800 derajat. Kemudian dilapisi atau coating, baru kemudian dibakar lagi dengan waktu lebih lama yakni 10 jam dengan suhu 1200 -1500 derajat,” ujar I Wayan Sudayasa, pengelola Tanteris Museum.

Cikal Bakal Tanteris Museum

Tidak hanya menyuguhkan keramik siap beli dan proses pembuatannya, tepat di sebelah, tampak sebuah museum.

Menjadi bagian dari Tanteri Ceramic, Studio yang diberi nama serupa yakni Tanteris Museum, baru saja diresmikan pada 25 Mei 2015 lalu oleh wakil bupati Tabanan.

“Kami ingin mengombinasikan, di satu tempat ada museum, workshop, dan ada aktivitasnya,” ujar Putu.

Berangkat dari sejarah kerajinan gerabah itulah yang menjadi cikal bakal berdirinya Tanteris Museum.

“Ini sebagai revitalisasi budaya kerajinan gerabah yang dulu menjadi mata pencaharian masyarakat di Desa Pejaten ini,” ujar Wayan.

Keramik bukan merupakan kerajinan baru, melainkan kerajinan dari zaman dulu kala yang ada di setiap daerah.

Ini juga bisa menjadi cerminan budaya suatu daerah pada zaman atau waktu pembuatan keramik tersebut.

“Di museum ini kami bagi menjadi tiga, ada barang-barang di Pejaten, ada barang-barang dari luar Bali, ada barang-barang selama proyek. Ada sekitar 200-an item yang dipajang di area museum,” ujar Putu. (*)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini