Laporan Wartawan Tribun Medan, Silfa Humairah
TRIBUNNEWS.COM - Pulau Asu, yang berada di Kecamatan Sirombu, Nias Barat, menjadi destinasi wisatawan yang ingin jauh dari rutininas alias kehidupan kota dan keramaian.
Sebab, pengunjung pulau ditawarkan keprivasian seperti berada di pulau milik pribadi.
Jarak rumah penduduk satu dengan penduduk lainnya bisa hingga 100 meter, lossmen (penginapan) satu dengan penginapan lainnya bisa sampai 1 kilometer.
Di sana hanya ada 3 lossmen, 1 milik penduduk lokal dan 2 milik warga negara asing Amerika dan Brazil, sebelumnya juga ada lossmen WNA Belgia yang sedang bermasalah sehingga ditutup.
Pantai Asu di Nias dengan ombak yang dahsyat tinggi, pas buat berselancar.
Yap, keindahan Pulau Asu menarik perhatian Warga Negara Asing (WNA) untuk membangun penginapan di sana.
Penginapan menawarkan beragam fasilitas santai di pemukiman pantai, seperti cafe dari tepas atau tulang daun kelapa di pinggir pantai, wisatawan bisa duduk sambil menikmati buah kelapa muda langsung dari pohonnya.
Adapula, speed boat untuk menyusuri pulau kecil sekitar Pulau Asu yang ada 7. Seperti Pulau Hinako, Heruanga, Babosalo'o, Bawah, Hamutala, Begi, dan Pulau langu.
Atau hanya sekadar ayunan santai dan hammock untuk duduk atau tiduran menimati pemandangan sekitar pantai.
Bisa dibilang pulau Asu dibanjiri wisatawan mancanegara yang ingin merasakan kehidupan pedesaan.
Rumah dan losmen yang terbuat dari papan dan tepas, fasilitas listrik yang belum masuk, alias untuk mendapatkannya harus menggunakan genset.
Jangan harap untuk mendengarkan atau menonton televisi di sana, atau makan makanan dingin dari kulkas atau merasakan udara ruangan dingin menggunakan AC atau kipas.
Tapi kehidupan tanpa kemajuan teknologi modern, menjadi nilai jual saat berada di pulau ini.
Kepala Dusun Desa Hanefa, Pulau Asu, Ama Benny, menuturkan wisatawan bulek (turis WNA) menyukai kehidupan di pulau terluar seperti di Pulau Asu.
Menyusuri Pulau Asu di Nias.
Pasalnya pemandangan sekitar didominasi pohon kelapa, pasir putih dan sisa kerumbu karang yang bertengger dibawa ombak, serta biru laut yang luas.
"Sesekali tiap losmen juga menggelar pesta privat seperti menghidupkan musik DJ dan party beach pada malam harinya," katanya.
Marli, penjaga losmen milik Amerika menuturkan, perkamarnya dibandrol Rp 300 ribu hingga 500 ribu dengan fasilitas yang hampir sama seperti kasur, rak, lemari, tempat duduk santai hingga ayunan dan hammock di depan kamar.
"Harga kamar tergantung luas ruangan dan fasilitas tambahan seperti air minum, listrik tambahan untuk penerang ruangan, charger hp dan radio atau televisi," katanya
Untuk turis mancanegara yang ingin bermukim lama hingga berminggu-minggu bisa mendapatkan nego harga.
"Ada juga spead boat yang disediakan untuk berkeliling ke pulau sekitar atau mengantarkan wisatawan ke area peselancar untuk melihat-lihat atraksi peselancar," katanya.
Bagi backpacker, bisa juga memasang tenda di atas bibir pantai, tepatnya di perkebunan penduduk.
Kepala Dusun, Ama Benny menuturkan bagi wisatawan backpacker yang ingin memasang tenda bisa meminta izin kepada penduduk untuk memakai lahan perkebunan penduduk.
"Yang penting sudah izin sebelum pasang tenda dan tidak mengganggu atau merusak kebun. Dan yang paling penting tidak membuang sampah sembarangan. Kalau sudah izin di sini aman kok pasang tenda untuk menginap," katanya.
Saksikan video: Asyiknya Car Free Day di Kota Tokyo