Laporan Wartawan Tribun Jogja, Dwi Nourma Handito
TRIBUNNEWS.COM, MOJOKERTO - Menyebut nama Majapahit, hampir semua orang langsung mengerti nama tersebut adalah nama sebuah kerajaan besar di masanya dengan beberapa tokoh yang sangat melegenda, Gajah Mada salah satunya.
Hingga saat ini sisa kejayaan Majapahit masih dapat ditemui dan tidak banyak orang yang tahu bahwa Majapahit menyimpan beberapa fakta yang belum diketahui secara luas oleh publik.
Belum lama ini, Tribun Jogja berkesempatan untuk menelusuri jejak dan sisa-sisa kejayaan Majapahit di Kawasan Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur.
Sumur Upas, salah satu warisan Kerajaan Majapahit di Trowulan, Mojokerto.
Bersama tim dari Travel Heritage Dinas Kebudayaan DIY, Tribun Jogja menyambangi bukti bahwa dahulu ada sebuah kerajaan besar bernama Majapahit yang sempat .
Di Trowulan, memang banyak ditemui candi maupun situs, hal ini pula yang selama ini menjadi dasar kuat untuk menunjuk kawasanTrowulan dahulunya adalah daerah ibukota Kerajaan Majapahit.
Di Trowulan ada beberapa candi yang masih berdiri kokoh, seperti Candi Brahu yang terletak di desa Bejijong.
Candi yang dibangun dengan batu bata merah ini diperkirakan candi budha yang dibangun pada abad 15 dan oleh beberapa pihak dinilai sebagai candi tertua di Trowulan.
Selain itu, ada dua candi yang letaknya cukup berdekatan yakni candi Bajangratu dan candi Tikus, keduanya terletak di Desa Temon, Trowulan.
Candi Bajangratu berbentuk sebuah gapura paduraksa atau gapura beratap yang sangat tinggi.
Data yang didapatkan Tribun Jogja, Bajangratu memiliki tinggi 16,1 meter dengan lebar 6,7 meter dan panjang 11 meter.
Menurut Yanti Muda, pegawai BPCB Jawa Timur yang mendampingi selama penelusuran, Bajangratu dahulunya adalah sebuah pintu masuk ke sebuah tempat suci perabuan raja.
Sementara itu, Candi Tikus adalah sebuah bangunan pertirtaan yang posisinya terletak dibawah tanah, hampir sama posisinya dengan candi Sambisari yang ada di Sleman.
"Kenapa disebut Candi Tikus? karena dahulu sebelum digali disekitarnya adalah pesawahan dan banyak tikusnya, tikus-tikus itu berasal dari gundukan tanah yang ada diatas candi. Setelah dibongkar ternyata memang banyak tikusnya dan ditemukan candi," ujar Yanti.
Selain candi yang sudah dijabarkan diatas, ada beberapa candi lain seperti Wringin Lawang yang berbentuk gapura besar, candi Gentong dan candi Minak Jinggo.
Khusus candi Minak Jinggo, candi ini adalah satu-satunya yang memiliki struktur bangunan dari batu andesit, atau sama seperti candi-candi di DIY dan Jawa Tengah, sementara candi lain di Trowulan kesemuanya terbuat dari batu bata merah.
Meski begitu, tidak semua tubuh candi Minak Jinggo terbuat dari batu andesit, masih ada perpaduan antara batu bata dengan batu andesit di candi ini.
Hal yang membedakan dengan candi lain adalah candi ini cenderung sudah tidak berbentuk dan posisinya berada di bawah tanah.
Dari candi ini pula terdapat informasi bagaimana kehidupan masa Kerajaan Majapahit, yakni melalui potongan-potongan relief.
Di beberapa relief tergambar bagaimana bentuk rumah-rumah di jaman Majapahit, beberapa relief ada di samping candi dan beberapa sudah dipindahkan ke Museum Majapahit yang juga terletak di Trowulan.
Dari bukti yang ada, kemudian rumah Majapahit tersebut dibuat replika dan replika tersebut bisa dilihat di Museum Majapahit.
Rumah Majapahit tersebut tidak terlalu besar ukurannya, dengan pondasi dasar batu bata sekaligus lantai dengan konstruksi bangunan dari kayu dengan satu buah pintu dan beberapa jendela serta atap dari genteng.
Sebuah arsitektur yang cukup mewah untuk jaman itu.
Situs pemukiman masa Kerajaan Majapahit pun masih bisa ditemui saat ini, tak perlu jauh-jauh, situs tersebut ada di sebelah selatan museum.
Dengan berjalan kaki beberapa puluh meter, situs tersebut bisa disaksikan secara langsung.
Di situs tersebut, masih dapat disaksikan bagaimana pondasi rumah Majapahit.
Selain juga masih ada beberapa sarana pendukung layaknya sebuah pemukiman.
Seperti adanya sumur Jobong, pecahan perkakas rumah tangga yang terbuat dari tanah liat. Selain juga ada jalan yang terbuat dari susunan batu.
Dari bukti-bukti tersebut, dapat tergambarkan bagaimana dahulu rumah-rumah penduduk saling berdekatan dan seperti komplek "perumahan".
Dari informasi yang didapatkan, salah satu bagian dari ibu kota Majapahit tediri dari himpunan perumahan yang dikelilingi tembok batu bata dengan membentuk sebuah denah kotak.
Terkait dengan bentuk rumah, bukti lain yang didapatkan adalah ditemukannya miniatur rumah Majapahit yang bentuknya hampir sama dengan yang digambarkan di relief. Miniatur tersebut kini menjadi koleksi museum Majapahit.
Berbicara tentang pemukiman Majapahit, ada fakta lain yang tidak kalah menarik.
Yakni penggunaan ubin lantai berbentuk segi enam, atau hampir sama dengan paving blok yang saat ini banyak digunakan untuk halaman maupun trotoar.
Ternyata, pada masa Majapahit, ubin tersebut sudah digunakan.
Bukti akan hal tersebut ditemukan di situs Lantai Segi Enam yang berada di Dusun Kedaton, Desa Sentonorejo, Trowulan.
Letaknya berada di sebelah selatan museum Majapahit. Di tempat tersebut ditemukan hamparan lantai yang disusun dari tanah liat pola segi enam.
Selain itu, ditemukan pula dinding-dinding bangunan yang diperkirakan menjadi sebuah rumah tinggal pada masa Majapahit. Situs ini berada di bawah tanah.
Candi Tikus.
Jika dilihat dari bentuknya, kemungkinan besar berbeda dengan yang ada di dekat museum Majapahit.
Setelah pemukiman dan bangunan seperti candi dan situs pemukiman, pertanyaan pun muncul, dimanakah letak Keraton Kerajaan Majapahit dahulu berada?.
Diduga keraton Majapahit berada di Dusun Kedaton, dekat dengan situs Lantai Segi Enam.
Di sana terdapat situs candi Kedaton, dimana Kedaton memiliki arti yang sama dengan Keraton.
Selian candi Kedaton, terdapat pula sumur kuno yang disebut sumur upas, disebut upas karena sumur tersebut diyakini beracun (upas). Selain itu di tempat tersebut ditemukan lima kerangka manusia.
"Di sekitar sini, satu kampung jika menggali tanah untuk pondasi pasti menemukan bekas beteng (bekas bangunan masa Majapahit. Diperkirakan disini pusat kerajaanya," ujar Karson, penjaga situs Candi Kedaton dan Sumur Upas.(*)