Laporan Wartawan Tribun Bali, Ayu Dessy Wulansari
TRIBUNNEWS.COM, DENPASAR - Bagi pecinta kuliner atau food hunter, nama Pixelatte Cafe mungkin bukan sesuatu yang asing lagi.
Maklum saja, kafe yang berada di Jalan Tudad Musi 1 No 9A, Renon, Denpasar, Bali ini memberikan atmosfer berbeda dibanding dengan kafe lainnya yang ada di seputar Kota Denpasar.
Dibuka sejak 9 September 2015, Pixelatte Cafe mampu menarik perhatian pecinta kuliner dari eksterior kafe yang unik.
Suasana di Pixelatte Cafe, Denpasar. (Tribun Bali/Ayu Dessy)
Kafe yang didominasi penggunaan dinding kaca pada bagian depan dan kusen jendela hitam ini menjadi alternatif tempat nongkrong.
Memasuki bagian dalam kafe yang luas, akan mendapati suasana industrial yang kental.
Pencahayaan memanfaatkan bias sinar matahari yang menerangkan area dalam kafe.
Dinding-dinding batu bata yang hanya dipoles dengan cat putih tipis dan beberapa ornamen dari kayu serta besi pada meja makan.
Terdapat hiasan berupa gambar wajah seorang gadis berkacamata yang dilukis pada dinding batu bata.
“Konsepnya berawal karena saya dulu kuliah di Melbourne. Saya suka suasana tempat berbau industrialis dan di sana banyak kafe-kafe yang mengusung tema itu,” ujar pemilik Pixelatte Cafe, Allegra Scifandzia Sugianto kepada Tribun Bali, belum lama ini.
Suasana di Pixelatte Cafe, Denpasar. (Tribun Bali/Ayu Dessy)
Dari ide sang ayah untuk membangun kafe, Allegra ingin kafenya dibangun dengan suasana yang ada di Melbourne.
Ia bahkan mengamati langsung bagaimana kafe-kafe di sana dan membawa konsep industrialis Melbourne ke dalam kafenya.
Mengadopsi suasana kafe di Melbourne dengan sentuhan gaya yang sedang happening saat ini membuat Pixelatte Cafe menjadi unik dan beda.
Allegra juga membuat kesan artistik. Oleh karenanya, pemilihan nama kafe disesuaikan dengan konsep yang ada.
“Karena saya orang art, saya mau kafe ini tidak hanya menghadirkan atmosfer dari Melbourne, tapi juga menampilkan artistiknya. Jadi dari model building cafe ini yang kotak-kotak, saya berpikir sesuatu yang berhubungan dengan kotak tapi tetap ada art,” jelas lulusan Communication Design RMIT University Melbourne itu.
Dari sana didapat nama Pixelatte yang merupakan gabungan dari kata pixel dan latte.
Pixel berarti unit terkecil dari sebuah foto atau gambar yang berbentuk kotak.
Sedangkan nama latte, karena kafe ini juga menyediakan berbagai racikan kopi sebagai bagian dari menu spesialnya.
Pixelatte Cafe dapat menampung hingga 100 orang. Terbagi menjadi beberapa area untuk indoor dan outdoor dengan dua lantai.
Pada bagian halaman belakang, terdapat taman yang cukup luas dan bisa di-setting untuk berbagai acara.
“Taman itu rencananya mau dibikin tempat seperti yang ada di dalam, tapi lebih ke outdoor buat nongkrong-nongkrong. Misalnya nanti ada pesta atau sebagainya bisa dilangsungkan di taman itu. Jadi semacam multifunction area. Ke depan juga ingin jadi tempat untuk perkumpulan fotografer atau live band,” ucapnya.
Pixelatte Cafe memiliki jam operasional yang berbeda. Pada Senin kafe buka mulai pukul 12.00-22.00 Wita, Selasa hingga Jumat dan Minggu mulai pukul 11.00-22.00 Wita, dan di Sabtu buka mulai pukul 11.00-23.00 Wita.
Pizza Jadi Menu Favorit
Pixelatte Cafe menawarkan menu yang bervariatif.
Hidangan yang ada mengarah pada masakan western dan Asia.
Selain main dish, finger foods seperti nachos, cheese stick, dan fried calamari juga disajikan untuk teman ngemil.
“Kami menyesuaikan lidah pengunjung, jadi harus menampilkan masakan Asia juga. Jadi tidak bisa pure western seperti yang ada di Seminyak,” kata Allegra.
Nasi Goreng, Kwetiau Goreng, Chicken Curry, Ayam Bakar, Mie Goreng adalah sebagian masakan Asia yang dapat dinikmati di Pixellate Cafe.
Kafe ini menyediakan Brunch Menu yang disajikan setiap pukul 10.00-17.00 Wita.
Hidangan yang ada, seperti Sir Benedict, Fish & Chip, The Happy Omellete, dan Chicken Cordon Bleu.
Beberapa hidangan dalam daftar menu menjadi favorit pengunjung.
Contohnya pizza yang disajikan dengan beragam topping.
Menurut Allegra, pizza sering dipesan karena kebanyakan pengunjung datang beramai-ramai dan bisa saling dibagi.
“Selain pizza, pengunjung juga biasanya memesan pasta, steak, atau minum kopi. Untuk pasta, kami punya Spaghetti Carbonara,” tuturnya.
Hidangan western lainnya adalah Beef Steak.
Menggunakan daging sapi lokal bagian sirloin atau tenderloin yang dipanggang.
Sajian ini dilengkapi mashed potato sayuran.
Tambahan saus barbeque menambah cita rasa daging sapi yang gurih, tidak alot, dan nikmat.
Sebagai hidangan pencuci mulut, jangan lewatkan untuk mencoba Panna Cotta.
Italian pudding ini terbuat dari krim dan gelatine sehingga teksturnya lembut, creamy, dan manis.
Ditambah dengan sirup mangga dan potongan kecil buah mangga.
Ada juga Baked Lemon Cheesecake dengan perpaduan cream cheese dan rasa asam-segar dari lemon yang ditambah dengan saus stroberi.
Tidak hanya untuk dessert, kue ini juga cocok dinikmati saat sore hari dengan ditemani teh maupun kopi. (*)
Info Harga:
Asian
Nasi Goreng : Rp 40K
Kwetiau Goreng/ Siram : 40KRp
Chicken Curry : Rp 40K
Ayam Bakar : Rp 40K
Mie Goreng/ Kuah : RP 40K
Italian
Carbonara : Rp 50K
Bolognaise : Rp 50K
Aglio E Olio : Rp 45K
Pizza Meatloaf : Rp 60K
Spinach Pesto Pizza : Rp 60K
Brunch Menu
Fish & Chip : Rp 55K
Sir Benedict : Rp 50K
The Happy Omellete : Rp 40K
Chicken Cordon Bleu : Rp 45K
Coffee
Single Shoot Espresso : Rp 25K
Macchiato : Rp 25K
Cappuccini : Rp 30K
Latte : Rp 30K
Flat White : Rp 30K
Sweet Tooth
Panna Cotta : Rp 30K
Baked Lemon Cheesecake : Rp 30K
Choco Cheese Fried Banana : Rp 30K