Tiga menu pun kami pesan, Bebek Sangan, Bebek Ijo, dan Bebek Kremes yang tidak pedas untuk anak.
Sekiran 15 menit, pesanan pun datang sampai di meja.
Ketiga menu tersaji di atas piring dari tanah liat dengan alas daun pisang.
Bebek Sangan tampil dengan sambal berwarna merah mencolok di bagian atas, membalut bebek goreng.
Lalu, lapisan paling bawah daun pepaya rebus, disandingkan dengan lalapan mentimun dan daun kubis.
Bebek Ijo juga serupa Bebek Sangan, bedanya disajikan dengan sambal berwarna hijau.
Berbeda dengan Bebek Kremes, disajikan di atas piring warna putih, dengan kremes di atasnya, sambalnya terpisah.
Kesan pertama melihat penampilan Bebek Sangan cukup menggoda.
Cukup mengagetkan, daging bebek goreng ini mudah dipisahkan dari tulangnya dalam sekali tarikan saja.
Saat sampai di lidah, bumbu khas Bebek Pak Ndut langsung terasa, bercampur sambal merah merona yang rupanya tidak terlalu pedas.
Heran, rupanya anak berumur 5 tahun juga tidak kesusahan makan daging bebek ini.
Alvaro, nama anak ini tidak merengek ke ibunya untuk melepasakan dagingnya dari tulang.
Tentu menyenangkan, tidak merepotkan mengajak anak makan di gerai ini.
Daging bebek ini juga empuk, jauh dari kata alot, bumbunya juga meresap hingga ke tulang.