News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Menolak Modernisasi, Suku Baduy di Lebak Justru Kini Makin Tenar, Dibanjiri Ribuan Wisatawan

Editor: Agung Budi Santoso
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Warga Baduy mengantarkan kotak suara ke TPS 2 di Kampung Marengo Baduy, Lebak, Banten, Selasa (8/7/2014). (Taufik Ismail/Tribunnews.com)

TRIBUNNEWS.COM - Pengunjung atau wisatawan memadati kawasan permukiman Baduy di pedalaman Kabupaten Lebak, Provinsi Banten untuk mengisi liburan panjang tahun baru.

"Sejak sepekan terakhir ini pengunjung wisata memadati kawasan Baduy," kata Sekretaris Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Sarpin di Lebak, Sabtu.

Mereka para pengunjung tersebut dari berbagai daerah di wilayah Provinsi Banten, DKI Jakarta dan Bandung, Jawa Barat.

Kebanyakan pengunjung yang datang ke Baduy dari kalangan mahasiswa, pelajar dan masyarakat umum.

Diperkirakan selama sepekan terakhir sekitar 4.500 orang mengunjungi kawasan Baduy.


Deretan bangunan lumbung padi (leuit) milik warga Baduy, Kabupaten Lebak, Banten. Warga Baduy menyimpan gabah hasil panen padi huma di dalam lumbung untuk persediaan karena mereka menabukan jual-beli beras atau gabah  (Kompas/ Lucky Pransiska)

Pengunjung wisata datang ke sini bersama rombongan perguruan tinggi, sekolah, pramuka, peneliti dan kalangan keluarga.

"Saya yakin dengan meningkatnya pengunjung dipastikan pendapatan ekonomi Baduy membaik," katanya.

Menurut dia, selama ini objek wisata Baduy banyak dipadati karena liburan sekolah dan pergantian tahun baru.

Mereka berkunjung kebanyakan karena keinginantahuan masyarakat tentang Baduy.

Masyarakat Baduy hingga kini menolak kehidupan moderen, seperti di permukiman tidak diperbolehkan jalan aspal, jaringan listrik dan penggunaan peralatan elektronika.

Karena itu, lanjutnya, kebanyakan pengunjung ke kawasan Baduy untuk konservasi maupun pengetahuan budaya setempat.

"Semua warga Baduy dengan penduduk 10.110 KK menolak kehidupan modernisasi," katanya.

Emen, warga Baduy Luar mengaku dirinya setiap hari kedatangan wisatawan yang ingin sekedar mengobrol tentang kehidupan masyarakat Baduy.

Para pengunjung tersebut mereka menginap di rumah-rumah penduduk untuk mengetahui kehidupan masyarakat Baduy.

"Kami sangat terbuka untuk menerima kunjungan wisatawan itu," katanya.

Edi (17) seorang anggota pramuka dari SMKN 1 Tangerang mengaku dirinya bersama teman-teman sudah dua hari menginap di permukiman masyarakat Baduy.

Namun, dirinya merasa aneh kepada masyarakat Baduy karena populasi kehidupan mereka cukup sederhana.

Di samping itu juga semangat dan optimisme terpancar dalam diri mereka, terutama untuk mencari penghidupan dalam mempertahankan ketahanan pangan.

"Kita harus penuh belajar kepada orang-orang Baduy yang bekerja keras untuk ketahanan ekonomi keluarga juga mencintai alam," katanya.

Kepala Bidang Pariwisata Dinas Pemuda, Olahraga, Budaya dan Pariwisata Kabupaten Lebak Okta mengatakan pemerintah daerah terus membangun jalan menuju objek wisata budaya Baduy dari Rangkasbitung hingga Ciboleger atau pintu gerbang masuk kawasan Baduy.

Mereka para pengunjung ke kawasan permukiman Baduy tidak dibebani retribusi oleh pemerintah daerah.

"Kami memberikan kemudahan bagi wisatawan yang berkunjung ke Baduy dengan tidak memungut biaya," katanya.  (antaranews.com )

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini