Laporan Wartawan Tribun Bali, Ayu Dessy Wulansari
TRIBUNNEWS.COM, DENPASAR - Vegetarian maupun vegan sudah menjadi bagian dari gaya hidup bagi orang yang sangat peduli akan kesehatan dan mencintai alam.
Meluasnya gaya hidup sehat ini dibarengi dengan maraknya resto dan kafe yang menyajikan makanan untuk vegetarian.
Satu di antaranya adalah Mai3 (dibaca Mai three) Cafegan yang berada di Jalan Diponegoro No 8C Pesanggaran, Denpasar, Bali.
Mai3 Cafegan tidak hanya ditujukan untuk vegetarian saja, tetapi juga bagi kaum vegan.
Vegetarian tidak mengonsumsi makanan yang dibuat dari daging, unggas dan ikan, tetapi masih memungkinkan memakan produk hewani lainnya, seperti telur, susu, keju, dan yoghurt.
Sedangkan bagi vegan sama sekali tidak mengonsumsi produk hewani, termasuk madu.
Berdiri sejak 5 Mei 2015, Mai3 Cafegan mengakomodasi kebutuhan nutrisi untuk vegetarian dan vegan.
Setiap makanan yang disajikan diracik secara homemade dan alami, tanpa menggunakan bahan-bahan yang pantang dikonsumsi seorang vegan.
“Kami melihat di rata-rata restoran vegetarian dan vegan itu banyak menggunakan bahan-bahan dari tepung atau imitation, seperti daging palsu atau ikan palsu. Sebenarnya kurang bagus untuk kesehatan. Jadi timbul ide untuk menciptakan makanan yang benar-benar baik bagi kesehatan,” ujar Person in Charge Mai3 Cafegan, Nathalie Ji, Rabu (6/1/2016).
Sesuai dengan slogan eating without killing, Mai3 Cafegan menyuguhkan makanan sehat dari bahan yang segar dan alami, tanpa menggunakan produk hewani.
Lumpia, salah satu sajian di Kafe Mai3 di Denpasar.
Meski dalam pengolahan makanan tidak menambahkan bawang-bawangan yang tidak boleh dikonsumsi vegetarian dan vegan, rasa masakan tetap terasa lezat.
Bahkan bagi pengunjung non vegetarian masih bisa merasakan kenikmatan hidangan di Mai3 Cafegan.
Hal itu yang membuat kafe berlantai dua dengan kapasitas 130-140 orang ini bisa menjadi tempat makan bagi pengunjung yang ingin mencoba rasa makanan a la vegetarian dan vegan.
Berbeda dengan masakan vegetarian di belahan negara barat yang dikenal dengan istilah raw food, Mai3 Cafegan lebih menyajikan makanan yang biasa dikonsumsi orang Indonesia.
Misalnya nasi atau mi dengan tambahan jamur, tahu, tempe, dan lainnya.
“Semua makanan di sini dijamin tanpa bahan pengawet dan pewarna. Kita tidak menggunakan susu, telur, dan semacamnya jadi benar-benar pure vegan,” ucap Nathalie.
Tanpa menggunakan bahan pengawet maupun pewarna dan lebih fokus pada bahan yang segar dan alami, Mai3 Cafegan mengajarkan bagaimana menjalankan pola makan sehat.
Terbukti di kafe memilih untuk tidak menjual minuman soft drink dan lebih mengutamakan dalam menyajikan minuman yang diracik sendiri.
Mai3 Cafegan buka pukul 06.00-23.00 Wita.
Pengunjung bisa menyantap breakfast dari pukul 06.00-10.00 Wita dengan sajian bubur yang dibuat dari sayuran, labu, atau umbi-umbian.
Suasana kafe juga terasa nyaman dengan tempat yang bersih dan cukup luas.
Dekorasi dari ukir-ukiran menghiasi dinding kafe.
Semua ruangan bersifat indoor yang dilengkapi dengan pendingin ruangan dan tersedia fasilitas free WiFi.
Mai3 Cafegan juga melayani pembayaran dengan BitCoin dan menyediakan jasa delivery.
Sajian di Kafe Mai3 Denpasar.
15 Macam Dimsum Pilihan
Dari beragam jenis masakan yang disajikan di kafe ini, ada beberapa hidangan yang unik dan masih jarang ditemukan di tempat lain.
Yaitu dimsum vegan yang menjadi andalan Mai3 Cafegan.
Setidaknya ada 15 macam dimsum yang bisa dicoba di tempat ini.
“Dimsum di sini semuanya homemade. Cari di luar yang sesuai untuk vegan itu susah. Jadi ada ide untuk bikin dimsum yang vegan. Kalau cari di pasaran juga ada, tapi kita tidak tahu ada bahan pengawetnya atau tidak yang bisa merusak tubuh,” kata Nathalie.
Mulai dari siomay, hakao, mantao, bakpao, dan masih banyak lagi tersedia di Mai3 Cafegan.
Dimsum disajikan dalam wadah bundar dari jalinan bambu.
Filling atau isiannya dibuat dari sayuran, jamur, dan kacang-kacangan.
“Kalau di luar siomay kan sudah banyak. Tapi siomay mushroom yang vegan masih jarang,” lanjutnya.
Sama halnya dengan bakpao.
Walaupun tidak menggunakan telur, namun kulit bakpao memiliki tekstur yang sangat lembut.
Satu di antaranya ada bakpao ungu atau purple rose yang dibuat dari ubi ungu.
Bentuknya dibuat menyerupai kelopak bunga mawar berwarna ungu karena menambahkan sari ubi ungu, bukan dari pewarna.
Bakpao yang masih terasa hangat, ketika disobek berisi ubi ungu yang sudah dihaluskan. Tidak hanya kulitnya saja, isiannya pun juga lembut dan rasa manisnya pas di lidah. (*)