News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Wisata Bali

Dodol Khas Bali, Pilih Rasa Original, Nangka, Pandan, Kacang atau Durian?

Editor: Agung Budi Santoso
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Dodol khas Singaraja Bali.

Laporan Wartawan Tribun Bali, Zaenal Nur Arifin

 TRIBUNNEWS.COM, SINGARAJA - Sebagian besar warga Desa Penglatan, Singaraja, Buleleng, Bali, memproduksi dodol.

Produksi dodol bakal meningkat saat mendekati perayaan Hari Raya Umat Hindu.

Desa Penglatan, Singaraja bisa ditempuh melalui jalanan darat sekitar 3 jam atau berjarak 90 kilometer dari Kota Denpasar.


Video dodol khas Bali by Zaenal Nur Arifin.

Bendesa Adat Penglatan, Nyoman Budarsana mengatakan, dodol bikinan Desa Penglatan berbeda dibandingkan dodol produksi di tempat lain.

Dodol produksi Desa Penglatan lebih higienis.

"Warga Desa Penglatan banyak yang memiliki home industry dodol, yang sudah didistribusikan ke seluruh Bali. Bahan-bahannya menggunakan bahan lokal dan tidak memakai bahan pengawet. Cara pengolahannya secara tradisional, tetapi mengutamakan kualitas rasa," ujarnya kepada Tribun Bali, beberapa waktu lalu.

Bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat dodol terdiri dari santan kelapa, tepung beras, gula pasir, gula merah, dan garam.

Proses pembuatan dodol, melalui beberapa tahapan.

Pengusaha dodol di Desa Penglatan, Putu Nira Puspita menambahkan, tahap pertama merendam beras ketan dan injin dengan air selama setengah hari atau 12 jam sampai mengembang.

Selanjutnya sore hari ditiriskan hingga keesokan harinya dan sudah siap diselip dengan tepung.

“Komposisinya dodol hitam tiga banding satu. Untuk dodol warna, lima banding satu,” katanya.

Selanjutnya hasil selipan tadi dicampur dengan santan dan gula.


Ibu-ibu di Singaraja, Bali, sedang mengemas dodol.

Proses pencampuran ini diaduk di atas wajan besar dengan api dari tungku kayu bakar selama kurang lebih 3 jam hingga mengental dan mengeras.

Baru kemudian dilanjutkan dengan pengemasan dodol tersebut baik dengan daun jagung kering maupun kertas plastik.

Dodol yang menggunakan daun jagung kering harus melalui tahapan yang berbeda dibanding dodol yang dikemas menggunakan kertas plastik.

Diodol daun kelapa harus dijemur panas matahari selama kurang lebih setengah hari agar lebih tahan lama.

Dodol dengan kemasan kertas plastik bertahan hingga dua pekan, sedangkan yang memakai daun bertahan hingga empat pekan, dan bisa lebih lama kalau dimasukkan ke lemari es.

Dodol di Desa Penglatan juga beraneka rasa, ada rasa injin atau sering disebut dodol original, terdapat juga rasa nangka, pandan, kacang, dan juga ada rasa durian.

Pada hari biasa, Puspita mengaku bisa menghasilkan satu kuali per orang. Satu kuali rata-rata 20 kg, dan dalam sehari bisa menghasilkan 180 kg dodol.

Produksi dodol biasanya dua kali dalam sepekan.

Namun jika mendekati hari raya seperti Galungan, Kuningan, dan hari raya lainnya, permintaan masyarakat akan dodol meningkat.

Puspita bisa sampai 14 kuali atau produksinya mencapai 280 kg.

Harga dodol di Desa Penglatan rata-rata Rp 27 ribu per kg.

Di desa ini juga melayani pemesanan dodol dalam jumlah grosir.

Sampai Keluar Bali

Dodol dari Desa Penglatan sudah menjangkau seluruh Bali.

Selain konsumen yang datang ke desa tersebut, Puspita juga mengaku memiliki outlet di Jalan Trenggana No 15, Denpasar Timur, Denpasar.

“Permintaan di seluruh Bali ini pada ambil dodol di sana biasanya,” kata seorang pengusaha dodol di Desa Penglatan, Putu Nira Puspita.

Bahkan dodol dari Desa Penglatan ini sudah sampai keluar Bali.

Bahkan, Puspita mengaku terkadang kewalahan memenuhi permintaan konsumen yang meningkat pada saat mendekati hari raya.

"Bisa selama satu pekan sebelum hari raya, kami tiap hari memproduksi dodol agar permintaan konsumen terpenuhi,” ujarnya Puspita. (*)

A photo posted by SLie (@cristellelie) on Aug 18, 2015 at 4:43am PDT


Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini