Para pengunjung pura uluwatu tidak diperkenankan memberikan makanan kepada monyet yang berada disana.
Terkecuali didampingi pemandu wisata atau petugas pengelola.
Jika barang bawaan diambil oleh mereka, segera menghubungi petugas pengelola untuk meminta kepada kera tersebut mengembalikan barang tersebut.
Wisatawan juga kadang-kadang dapat melihat para kera mandi di kolam pemandian yang telah dibuatkan oleh pihak pengelola.
Untuk keindahan dan sebagai symbol adanya kera di Pura Luhur Uluwatu dibuatkanlah patung Kumba Karna Kerebut bersama kera-keranya.
Sebelum memasuki pura, wisatawan diwajibkan untuk mengenakan pakaian khusus, yaitu kain sarung untuk mereka yang mengenakan celana atau rok di atas lutut, serta selendang untuk wisatawan yang memakai celana atau rok di bawah lutut.
Kain sarung dan selendang berwarna kuning (salempot) tersebut menyimbolkan penghormatan terhadap kesucian pura, serta mengandung makna sebagai pengikat niat-niat buruk dalam jiwa.
Setelah memasuki bagian jabaan pura (halaman luar pura), wisatawan akan disambut oleh sebuah gerbang Candi Bentar berbentuk sayap burung yang melengkung.
Gerbang yang menjadi pintu masuk menuju jabaan tengah ini merupakan salah satu peninggalan arkeologis abad ke-16.
Untuk mencapai jeroan pura, Anda akan melewati Candi Kurung yang di depannya terdapat patung penjaga candi (dwarapala) dengan bentuk arca Ganesha.
Akan tetapi, untuk menghormati kesucian pura, wisatawan tidak diperbolehkan memasuki ruang utama pemujaan, sebab hanya umat Hindu yang akan bersembahyang saja yang diperbolehkan memasukinya.
Di dalam ruang utama pura, terdapat sebuah prasada, yaitu tempat moksanya Danghyang Nirartha.
Wijana menyampaikan, selama tahun 2015 kemarin, total wisatawan yang mengunjungi Obyek Wisata Kawasan Luar Pura Luhur Uluwatu mencapai 1.560.000 orang.
Atau jika dirata-rata perhari dikunjungi 4.000 sampai 4.500 wisatawan baik lokal maupun mancanegara.