Sore hari, Pusuk biasanya berkabut sehingga serasa berada di daratan Eropa.
Samalas
Bisa juga berfoto ria berlatar belakang gugusan perbukitan Sembalun dan sekitarnya yang rata-rata dibungkus lumut hijau.
Bukit-bukit itu adalah hasil letusan dahsyat Gunung Rinjani tua—dalam naskah kuno/babad Lombok disebut Gunung Samalas, yang meletus tiga tahap pada 1257.
Letusan Samalas juga disebutkan dalam jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences terbitan September 2013 lewat artikel berjudul ”Source of the Great AD 1257 Mystery Eruption Unveiled, Samalas Volcano, Rinjani Volcanic Complex, Indonesia” (Tempo, 17 November 2013).
Artikel itu hasil penelitian 15 ahli gunung api (tiga dari Indonesia) dengan ketua tim Franck Lavigne dari Departemen Geografi Universitas Paris 1 Pantheon-Sorbonne, Paris.
Dikatakan, saat Tambora meletus tahun 1815, material yang dilontarkan sebanyak 33 kilometer kubik.
Namun, letusan Samalas lebih dahsyat, lontaran materialnya mencapai 40 kilometer kubik.
Karena itu, letusan Samalas dianggap Franck Lavigne sebagai terbesar dalam 7.000 tahun terakhir.
KOMPAS/WAWAN H PRABOWO
Petani di Desa Sembalun, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat.
Letusan abu vulkanik itu melahirkan tanah subur bagi penduduk Sembalun sebagai lahan pertanian dan hortikultura, seperti budidaya bunga, kubis, cabe, kol, sawi, dan kentang.
Penduduk juga tetap melestarikan kebiasaan leluhur menanam padi/beras merah.
Ketika musim tanam-petik tiba, area tanam komoditas itu menjadi sasaran kunjungan wisatawan.
Pengunjung ramai ke Pusuk, Sembalun, dan sekitarnya pada Sabtu, Minggu, dan hari libur sekolah.
Selain menikmati udara sejuk-segar, mereka juga menginap.
Tarif sewa penginapan standar Rp 250.000 per malam, penginapan plus air hangat Rp 350.000, dan yang sederhana Rp 150.000.
Biar percaya, datanglah ke Sembalun yang saat ini masih memberikan kesejukan. (Kompas/KHAERUL ANWAR)