"Saya pernah sampaikan, rentetan musibah alam yang bertubi-tubi membuat pariwisata terus tertekan. Potential loose kita bisa sampai 1 juta wisman. Itu force majeur yang siapapun tak akan bisa berbuat apa-apa," kata Didien Yang menyebut di atas kertas harusnya bisa lebih dari 11 juta.
Bagaimana tidak? Pertama, Gunung Raung yang "meraung-raung" erupsi di peak seasons medio Juli 2015 sampai Agustus 2015. Satu setengah bulan Bali, Lombok, Banyuwangi diganggu oleh erupsi gunung yang berada di tiga kabupaten, Banyuwangi, Bondowoso dan Jember itu.
Kedua, setelah Gunung Raung yang tingginya 3344 meter itu melepas material vulkanik yang merepotkan airlines, disusul Gunung Sinabung, Gamalama, Soputan. Lalu yang paling berpengaruh adalah Gunung Barujari, anak Rinjani di Lombok dan terakhir Gunung Bromo.
Sampai Minggu malam, 31 Januari 2016, Bromo masih saja tertutup untuk wisatawan karena masih mrngeluarkan lava merah.
Ketiga, problem asap yang mengganggu semua penerbangan di Pulau Sumatera dan Kalimantan. Lebih dari 4 bulan, bencana asap menekan pariwisata. Semua bandara di dua pulau besar itu sempat terganggu, buka tutup.
"Ini namanya nasib," tutur pria yang lahir di Sukabumi, 18 Februari 1944 itu.
Keempat, situasi perekonomian global juga banyak berpengaruh. Harga minyak dunia jatuh di level yang paling kecil, jauh di bawah USD 50 per barel dan tidak segera rebound ke posisi awal. Karena tekanan itu membuat Singapore stagnan, tidak ada pertumbuhan di sektor jumlah wisatawan. Malaysia justru melempem di posisi minus 9 persen.
Soal target optimistik di angka 12 juta pada 2016 itu, menurut Didien, itu bukan angka yang sederhana. Secara teori, proyeksi itu masuk akal untuk direbut. Tapi ada hal-hal non teknis yang unpredictable seperti bencana alam, technological failure dan social factors yang menekan dunia pariwisata. Apa Anda yakin dengan target itu?
"Pede aja kali! Tahun ini proyeksi naik 20 persen, sedangkan pertumbuhan ekonomi nasional diperkirakan hanya di kisaran 5 persen? Empat kali dari pertumbuhan ekonomi nasional. Itu artinya, pariwisata sudah mulai menjadi pendongkrak ekonomi nasional! Ketika Oil and gas, coal, dan CPO sedang tertekan," urainya dia.
Didien mengingatkan kepada Kemenpar soal security and safety. Isu seperti itu punya daya rusak yang cepat dan berdampsk massif.
"Saya baru saja mendapat info dari Travel Fair Conference di Los Angeles, AS. Isu-isu keamanan perlu diseriusi," kata Didien.
Harapan baru Didien juga naik dengan akselerasi pembangunan 10 destinasi unggulan. Dari Danau Toba (Sumut), Tanjung Kelayang (Belitung), Tanjung Lesung (Banten), Kepulauan Seribu (DKI), Mahakarya Budaya Dunia Borobudur (Jawa Tengah), Bromo (Jatim), Mandalika (Lombok), Komodo Labuan Bajo (NTT), Wakatobi (Sultra) dan Morotai (Maltara).
"Destinasi lain di luar 10 itu, tetap dirawat dan dikembangkan," kata dia.