TRIBUNNEWS.COM, MATARAM - Hujan semalam menyisakan butiran air yang bergulir jatuh dari rimbun dedaunan pohon kenari di kiri-kanan Jalan Langko dan Jalan Pejanggik, Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, pada pagi hari.
Beberapa pasangan suami-istri melenggang di atas trotoar yang melapisi akar pohon kenari itu.
Beberapa pasangan yang tengah joging berhenti sejenak, mengusap batang pohon yang beberapa di antaranya ada yang berdiamater 2 meter.
A photo posted by Aby Yozmy Azhary (@abydabok) on Jan 18, 2016 at 4:45am PST
Kota Mataram
Pada siang hari, sepanjang jalan itu terasa sejuk dan teduh oleh rimbun daun pohon kenari dan pohon lain.
Para pengguna jalan terlindungi terik sinar matahari.
Pendatang akan terkesan dengan jalan protokol yang lurus dari depan Kantor Pos Mataram lama di Kecamatan Ampenan, sampai separuh Jalan Selaparang di Lingkungan Pajang, Kecamatan Mataram.
Menurut Totok Jendul, warga Mataram, bagi yang pernah tinggal di kota itu, hampir pasti meluangkan waktu jalan-jalan di bawah deretan pohon kenari.
”Mereka bernostalgialah,” katanya.
Totok mengatakan, Jalan Pejanggik dan Jalan Pancawarga (dulu Jalan Lemuru) juga mencatat kenangan indah bagi warga kota seluas 6.130 hektar itu.
Jalan Pejanggik dan Jalan Pancawarga mengapit Lapangan Sangkareang sehingga lalu lalang orang dan kendaraan di Jalan Lemuru dapat dilihat dari Jalan Pejanggik, begitu pula sebaliknya.
Tahun 1970-an, di jalan-jalan ini juga masih ditemukan tanaman mangga dan asam.
Saat musim mangga, anak-anak melempar buah menggunakan batu.
Apabila tepat sasaran, bocah-bocah itu adu cepat memburu buah yang jatuh akibat lemparan.