Namun, tampaknya Anda harus datang sebelum malam, karena bakso ini tidak memiliki jam tutup yang tetap. Ketika enam sampai delapan kilo daging bakso ludes terjual, maka lapaknya pun akan tutup.
Untuk menebus rasa penasaran, KompasTravel sempat mencicipi semangkuk bakso yang tersohor ini. Bakso berukuran sedang bertabur potongan kikil dan daging di atasnya, membuat tampilannya menggugah selera.
Perpaduan yang pas ketika bakso bertekstur sangat lembut tapi padat, bercampur kikil yang renyah di mulut.
Mempertahankan berjualan dengan gerobak bukan tanpa alasan. Saiful mengaku pernah berpindah tempat dan membuka cabang dengan ruko besar, tapi malah sepi pengunjung.
"Dulu pernah pindah-pindah tempat sama buka cabang juga pake ruko di Pajajaran, Gadog, Merdeka, dan Jambu Dua, tapi malahan sepi pengunjung," ujar Saiful.
Dia menceritakan bahwa, usaha yang dirintis keluarganya tersebut merupakan korban krisis ekonomi 1998. Sejak tahun 1980an pada awalnya keluarganya merupakan turunan pedagang daging sapi.
Ketika krisis melanda, orang tuanya kehilangan dua kios daging, sehingga Saiful harus menambah penghasilan lewat berdagang bakso. Ilmu resep baksonya pun didapat dari pelanggan daging ayahnya, yang mayoritas penjual bakso dan soto di Bogor.
Hingga saat ini pasokan daging dan kikil yang digunakan, masih berasal dari pengusaha ternak pemasok daging orang tuanya. Kualitas yang terpercaya, membuatnya tidak mau berpindah tempat.
Saiful hanya menggunakan daging bagian penutup atau paha belakang pada sapi. Sedangkan kikilnya hanya mengambil dari bagian betis kaki sapi karena bagian ini bebas dari lemak.
Selanjutnya diproses melalui empat kali tahapan termasuk menggunakan presto dengan waktu yang pas, membuatnya renyah di mulut.
Daging dan kikil di sini sangat sedikit kadar lemaknya. Saiful membeberkan resepnya, bahwa daging yang tercampur dengan lemak di bakso akan tidak enak tekstur dan rasanya.
“Kebiasaan saya turun temurun resepnya pilih daging dan kikil yang terpisah dari lemak. Karena pengaruh ke tekstur bakso dan rasanya. Terlebih mengurangi risiko kolesterol,” ujarnya.
Alasan memilih daging dan kikil yang bebas lemak, juga karena pelanggannya sejak dulu banyak dari kalangan orang tua, yang sangat berhati-hati dengan kolesterol.
Oleh karena itu Saiful menjamin baksonya rendah kolesterol dibandingkan bakso lainnya. (M. Irzal)