Laporan wartawan Bangka Pos, Iwan Satriawan
TRIBUNNEWS.COM, BANGKA - Mendengar batang keladi atau talas dijadikan sayur, pikiran yang terlintas pertama kali adalah apakah tidak menimbulkan gatal-gatal saat mengkonsumsinya.
Soalnya, getah yang dihasilkan oleh batang pohon keladi bisa menyebabkan gatal-gatal jika terkena kulit.
A photo posted by @wanie_hamzah on Sep 2, 2014 at 5:07am PDT
Namun di Pulau Bangka Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, batang maupun sulur pohon keladi adalah sayuran sehari-hari yang digemari.
Sayur tradisional dari sulur dan pohon keladi ini disebut Lempah Keladi.
Bahan baku untuk sayur ini sendiri di Pulau Bangka dengan mudah bisa ditemui di pasar-pasar tradisional di wilayah Pangkalpinang dan kota-kota lainnya.
Lempah Keladi sendiri bumbu-bumbunya sederhana yaitu Terasi, garam dan cabe kecil.
Isi sayuran ini biasanya adalah campuran kacang panjang, labu, ketimum, daun katuk atau kencur.
Lebih nikmat lagi jika dicampur udang kecil seperti udang belacan atau udang air tawar yang banyak hidup di sungai Pulau Bangka yaitu Uyep.
Jika menginginkan sensasi pedas dan hangat saat menyantapnya, biasanya dalam sajian Lempah Keladi ditambahkan Pucuk Idat dari sejenis tumbuhan khas pulau Bangka.
"Istri saya sangat hobi dengan lempah keladi ini. Tiap minggu pasti ada masakan ini, apalagi dihidangkan dengan nasi panas, ikan asin Belanak plus lalapan. Wuih mertua lewat pun tak dihiraukan," seloroh Apri warga Pangkalpinang.
Berkaitan dengan kekhawatiran menyantap sayuran ini bakal menyebabkan gatal di mulut, para ibu rumah tangga di Bangka sudah punya resep rahasia turun temurun untuk mengatasinya.
"Sebenarnya mudah, kalau saya cukup masukkan daun Nangka Belanda atau Sirsak sedikit ke dalam sayur," ungkap Ima ibu rumah tangga warga Pangkalpinang.
Makanan tradisional Pulau Bangka untuk lauk pauk sehari-hari umumnya disebut lempah.
Ada Lempah Kuning yang isinya adalah ikan laut dan lempah darat yang bahan-bahannya ada di daratan seperti Lempah Keladi.
Kuliner warga Pulau Bangka sendiri dipengaruhi kultur berkebun lada yang diusahakan mayoritas warganya sejak ratusan tahun silam.
Mereka biasanya berhari-hari tinggal di kebun yang letaknya jauh di perkampungan dan hanya pada hari Jumat berada di rumahnya di kampung.
Untuk memenuhi kebutuhan lauk pauk biasanya mereka memanfaatkan sebagian lahan kebun untuk kebutuhan sayur mayur seperti cabai kecil, keladi, terong dan berbagai sayuran lainnya.
Setiap kali pulang ke rumahnya ke perkampungan, biasanya mereka langsung menyiapkan beras, bumbu-bumbu dan bahan makanan yang tahan lama seperti ikan asin dan yang tak ketinggalan adalah terasi khas Bangka yang terbuat dari udang.
Nah dari bahan-bahan sayuran yang ada di sekitar kebun ini lah lahir Lempah Darat dan Lempah Keladi.
Lempah Keladi sendiri saat ini posisinya sudah "naik kelas" dari hanya makanan tradisional rumahan ke sejumlah rumah makan berkelas.
Penasaran dengan kuliner tradisional Bangka ini, anda kini bisa menemukannya di sejumlah rumah makan khas Bangka yang ada di Kota Pangkalpinang.