Laporan Wartawan Tribun Medan/Silfa Humairah
TRIBUNNEWS.COM, MEDAN - Entah sudah berapa kali ibu paruh baya ini menaiki Pusuk Buhit, Sumatera Utara.
Guyuran keringat juga sudah membasahi pakaian dan sekujur tubuhnya.
Tidak terhitung lagi berapa kali nafas terengah, dan kakinya tersandung batu hingga terpeleset karena lumpur.
Pusuk Buhit, bukit keramat orang Batak. (Tribun Medan/Silfa)
Selama lebih dari 5 jam berjalan menaiki Gunung Pusuk Buhit hanya untuk mengisi jirigen dan botol kosong yang ia bawa dari rumah dengan Air Kolam Bidadari yang berada di Pusuk Buhit.
Jangan keburu geleng kepala karena menganggap hal yang dilakukannya kurang kerjaan.
Ibu ini meyakini sebaguah kepercayaan bahwa siapa yang meminum atau mengusapkan air Kolam Bidadari di Gunung Pusuk Bushit kepada anak-anak bisa menyembuhkan sakit mereka.
"Untuk anak yang di rumah, sering sakit-sakitan. Ada yang bilang kalau ambil air kolam di puncak Pusuk Buhit ini bisa menyembuhkan penyakitnya. Biar bisa ketawa lagi dan main-main lagi anak saya," kata Ada Situmorang, seorang ibu yang tampak mendaki dengan anak laki-lakinya saat Tribun Travel bertanya alasan ibu tersebut mendaki Pusuk Buhit.
Sekilas, tidak ada yang istimewa dari kolam Bidadari. Hanya sumber mata air di puncak bukit yang berbentuk kolam kecil atau bahkan tampak seperti genangan air.
Tapi, siapa sangka sumber air tersebut menjadi satu-satunya sumber air di kaki gunung yang dipenuhi savana ini.
Selama perjalanan mendaki, jika tidak membawa air secukupnya, pendaki biasanya menganggap air kolam tersebut sebagai penyelamat setelah lelah menderu melewati tanah terjal dan dipanggang teriknya matahari.
Pendaki biasanya mengisi ulang botol minuman yang telah kosong untuk bekal kembali turun keesokannya atau untuk kebutuhan air selama berkemah.
Tapi, tidak sedikit pula yang khusus mengambil air karena menyakini mitos khasiat air tersebut yang bisa menyembuhkan penyakit khususnya pada anak kecil.
Untuk mencapainya ada 6 bukit yang harus diputari atau jika nekat ingin menyingkat waktu bisa melewati 6 tanjakat bukit tersebut.
Tanahnya terjal dan memiliki tingkat kemerengan yang cukup ekstrim.
Apalagi jika anda mendaki di musim hujan, tanahnya bisa licik dan becek.
Tapi, sesampainya di Kolam Bidadari, rasa puas pasti menyelimuti, karena pemandangan bukit di bawah sana yang cukup memukau, tidak jauh berbeda dengan pemandangan puncak.
Baik pendatang atau pendaki pasti mengambil puas air tersebut untuk diminum dan dibawa pulang.
"Airnya jernih dan tawar. Walau kolamnya kecil tapi airnya tidak habis-habis, konon air ini merupakan sumber mata air pertama yang menghidupi desa di bawah Pusuk Buhit, tambah Adek Sagala, penduduk.
Ditanya pemberian nama, Sagala menuturkan banyak sebutan kolam tersebut. Ada yang menyebut Aek Bunga-bunga dan adapula yang bilang Aek Pusuk Buhit.
"Pokoknya, kalau bawa air dari atas berarti itu dari kolam tersebut karena cuman 1 kolam dna sumber air di atas bukit tersebut.
Untuk mencapainya dari Medan bisa naik bus melalui terminal Sampri dengan jurusan Pangururan di Jalan Simpang Pos, Medan, tepat di sebelah SPBU.
Ongkosnya hanya Rp 75 ribu dengan jauh perjalanan sekitar 6 jam dan naik atas bukit sekitar 4-6 jam pula.
Wisatawan tidak direkomendasikan naik pada malam hari karena jalan savana yang mirip bisa membuat anda tersasar.
Apalagi jika di musim hujan tanah becek dan sulit menemukan pohon untuk berteduk.