Dengan berbagai pertimbangan, disertai niat dan tekat yang bulat, ia pun mewujudkan mimpinya itu dengan mengawalinya dari surat Alfatiha.
Lalu kemudian satu keping potongan Alquraan tersebut dipamerkannya di masjid tersebut, dengan harapan ada donatur yang bersedia untuk mendukung niatnya.
"Dari isyarat melalui mimpi itulah Pak Sofwatillah, mulai mengagas pembuatan Alquran Raksasa ini," ujar Sarkoni, salah seorang pengelola museum Alquraan Raksasa itu, Minggu (17/5/2015).
Gagasan pembuatan Alquran itu tercetus pada tahun 2002 silam, setelah Opat merampungkan pemasangan kaligrafi pintu dan ornamen Masjid Agung Palembang.
Dari sana juga inspirasi membuat mushaf Alquran dengan ornamen khas Palembang.
Satu keping mushaf Alquraan surat Alfatiha ditunjukkan kepada salah seorang toko masyarakat Palembang Marzkui Ali yang pernah menjadi Ketua DPR RI.
Tentu saja dengan harapan Marzuki Ali mengajak dermawan dan relasinya mensuport pembuatan alquran tersebut.
Tepat pada 1 Muharram 1423 atau 15 Maret 2002 Alquran tersebut dipamerkan di bazar pada peringatan Tahun Baru Islam. Namun resmi diluncurkan pada 14 Mei 2009 di Masjid Agung Palembang.
Kendala Pembuatan
Proses pembuatannya dilakukan di kediaman Opat, yakni di Jalan Pangeran Sido Ing Lautan, Lorong Budiman, No 1.009, Kelurahaan 35 Ilir, Palembang.
"Kenapa kayu tembesu? Karena kayu jenis ini banyak ditemukan di kawasan Sumsel. Selain itu kayu jenis ini kuat," kata Sarkoni.
Namun pembuatan Alquran Raksasa ini bukan tanpa kendala.
arget awal penyelesaiannya yang ditargetkan empat tahun, molor hingga tujuh tahun. Karena terkendala dana dan bahan baku tembesu.