News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Wisata Bangka Belitung

Sakralnya Wisata Religi Ceng Beng di Pemakaman Terluas di Asia Tenggara di Pangkalpinang

Editor: Agung Budi Santoso
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Sakralnya Komplek Pemakaman Sentosa di Pangkalpinang.

Untuk Ceng Beng tahun 2016 sendiri, Fenny mengatakan Yayasan Sentosa akan menggelar acara pertemuan anntara warga Tionghoa di pulau Bangka dengan perantauan sebelum pelaksanaan Ceng Beng.

"Kita akan gelar acara di gedung setia bhakti tanggal 3 april untuk lebih mempererat silahturahmi dan kekekaraban warga tionghoa yang di perantauan maupun yang disini," ujar Fenny.

Berdasarkan catatan Kepala Dinas Pendidikan Kota Pangkalpinang Akhmad Elvian komplekas pemekaman Sentosa dibangun pada zaman kolonial Belanda tahun 1935 Masehi, pada masa pemerintahan Residen Mann, CJ (memerintah pada tahun 1934-1942 Masehi).

Menurut prasasti pada tugu pendiri makam yang terletak di depan atau pada sisi barat Paithinyaitu rumah tempat sembahyang, kompleks makam ini didirikan oleh empat orang yaitu Yap Fo Sun wafat pada tahun 1972 Masehi, Chin A Heuw wafat pada tahun 1950 Masehi, Yap Ten Thiam wafat pada tahun 1944 Masehi dan Lim Sui Cian (tidak jelas tahun wafatnya pada masa pendudukan Facisme Jepang). 

Kompleks makam Sentosa sekarang terletak di jalan Bukit Abadi di sisi Timur Jalan Soekarno Hatta Pangkalpinang, memanjang dari Utara ke arah Selatan dengan luas kompleks makam seluruhnya 199.450 m (19,945 hektar). 

Tanah pekuburan Sentosa sebelum dikelola Yayasan Sentosa awalnya merupakan sumbangan dari keluarga bermarga Boen, salah satu keluarga terpandang di Pangkalpinang pada waktu itu yang juga menyumbangkan tanahnya untuk pendirian kelenteng Kwan Tie Miau pada tahun 1841 Masehi yang terletak di Jalan Mayor H. Muhidin Pangkalpinang.

Dari sekian banyak makam pada komnpleks pemakaman Sentosa, terdapat makam tua yaitu makam keluarga Boen Piet Liem (tidak jelas nama siapa yang dimakamkan), kuburan ini dipugar di tahun ke empat setelah pemerintahan Sun Yat Sen, tokoh terpenting dalam Partai Nasionalis Cina Kuo Min Tang (KMT) (Pinyin: Zhongguo Guomindang) yang memerintah di Cina pada tahun 1911 Masehi), jadi makam diperkirakan dipugar sekitar tahun 1915 Masehi.

Di antara ribuan makam orang-orang Cina yang beragama Konghucu dan beragama Katolik, pada kompleks makam Sentosa juga terdapat dua makam yang beragama Islam yaitu makam Ny. Tjurianty Binti Kusumawidjaya lahir tanggal 27 September 1947 Masehi, wafat tanggal 9 Desember 1994 Masehi dan pada sisi Selatan agak ke Barat di sisi jalan terdapat makam Gunawan Bin Tanda, lahir tanggal 30 Maret 1978 Masehi, wafat tanggal 7 November 2008 Masehi.

 Bentuk makam yang ada di kompleks pemakaman Sentosa umumnya besar-besar dan megah, semakin tinggi status sosial yang dikubur, maka akan semakin besar bentuk makam dan semakin luas halamannya, seperti makam yang tergolong baru, makam Ho Thian Yong yang wafat pada tanggal 16 Desember 2002 Masehi, makam tampaknya paling besar dan mungkin juga mahal karena bahan atau material kuburan dan halamannya dibuat dari batu granit, 

 Kegiatan paling unik dan luar biasa yang terjadi di kompleks pemakaman Sentosa adalah pelaksanaan Ceng Beng atau Qing Ming (bersih dan terang) yang jatuh pada tiap tanggal 5 April setiap tahunnya. 

Warga Tionghoa yang berasal dari Pulau Bangka, pulau Belitung maupun yang ada di perantauan di berbagai daerah dan luar negeri seperti Hongkong, Singapura, dan RRC berdatangan ke komleks pemakaman Sentosa untuk melaksanakan ritual Ceng Beng. 

Pada saat ritual, masyarakat Cina memanjatkan doa kepada leluhur yang meninggal agar mendapat tempat terbaik disisi Sang Pencipta.

Ritual biasanya dimulai sejak pukul 02.30 WIBdini hari, para peziarah mulai berdatangan kemakam  dengan membawa sesajian yang telah disiapkan dari rumah masing-masing diantaranya Sam-sang (tiga jenis daging), Sam kuo (tiga macam buah-buahan) dan Cai choi(makanan vegetarian), di makam leluhurnya masing-masing para peziarah melakukan ritual sembahyang, sebelumnya kubur diterangi oleh lilin, dibakar hio (garu), dan diletakan kim chin(uang palsu kertas) di atas tanah makam sembari memanjatkan doa agar arwah orang tua dan leluhur mereka tenang di alam baka dan meminta diberikan rezeki serta kedamaian‎(wan)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini