TRIBUNNEWS.COM, BANYUWANGI – Anda mau mencari objek foto-foto pre wedding? Atau background film alam bernuansa savanna Afrika? Tidak perlu jauh-jauh menempuh perjalanan panjang lintas benua.
Cukup ke Taman Nasional Baluran, yang berada di dua kabupaten di Jawa Timur, yakni Banyuwangi-Situbondo. Anda akan menemukan “sesuatu” di sana.
“Taman Nasional Baluran sekarang sudah bisa digunakan untuk foto pre wedding. Akses menuju ke sana sudah oke. Untuk kegiatan foto prewedding, pengunjung hanya ditarik tiket masuk Rp 15.000 per orang plus membayar biaya kegiatan prewedding sebesar Rp 250.000 per kegiatan per hari,” ungkap Kepala Balai Taman Nasional Baluran, Emy Endah Suwarni, Selasa (29/3).
Nilai itu tidak mahal, jika dibandingkan dengan sensasi gambar yang bisa diambil dari hutan yang oleh warga setempat disebut Afrika van Java itu. Terutama di musim kemarau, suasana serba kering, cokelat, vegetasi pepohonan yang meranggas, menanggalkan dedaunan.
Savanna yang luas, rumput-rumput pendek yang mengering. Mentari kuat membakar film di kamera, dan menciptakan pencahayaan yang ekstra.
Lokasi ini sekarang menjadi favourit pengambilan gambar pre wed, di Taman Nasional yang memiliki luas 25.000 hektar. Tinggal menentukan konsepnya, foto berlatarbelakang merak, rusa, elang atau binatas yang bebas di alam.
Latar belakang pantai pasir putih yang eksotis, dihias bebatuan granit hitam. Atau konsep foto dengan cakrawala di atas Selat Bali yang merah nyala. “Hasilnya, keren! Silakan di up load di instagram, pasti banyak yang nge-like,” ucapnya.
“Ada competitive advantage dan comparative advantage di dalam Taman Nasional Baluran. Sejak Oktober 2015, kami sudah bekerjasama dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) untuk mengoptimalkan aset hutan dan taman nasional sebagai atraksi destinasi wisata yang memikat. Salah satunya ya dengan konsep wisata foto prewedding itu,” papar Asisten Deputi Wisata Alam dan Buatan Kemenpar, Azwir Malaon, Selasa (29/3).
Menurut Azwir, saat ini, tak hanya Taman Nasional Baluran yang dilirik Kemenpar dan LHK yang dikembangkan menjadi atraksi destinasi wisata yang memikat. Taman
Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP), Taman Nasional Ujung Kulon, Taman Nasional Kepulauan Seribu, Taman Nasional Way Kambas, Taman Nasional Rinjani, dan Taman Nasional Gunung Tambora juga ikut dipoles.
Azwir berpegang pada keinginan Menpar Arief Yahya, bahwa fungsi hutan itu harus dilestarikan, dikonservasi, agar habitat yang ada di dalamnya ikut lestari. Hutan itu sendiri tetap lestari, tidak dirusak, atau berkurang fungsinya sebagai hutan.
“Karena itu Pak Menpar Arief Yahya selalu berpesan, agar alam itu terus dijaga keasliannya. Karena semakin dilestarikan semakin mensejahterakan,” ungkap dia.
Poin kedua, semakin mensejahterakan itulah yang harus digali commercial values-nya. Hutan harus memberi penghidupan yang lebih baik buat masyarakat di sekitarnya.
“Karena itu, harus dikembangkan pariwisata di sana, dengan konsep STD Sustainable Development Tourism,” kata Azwir menirukan statemen Menpar Arief Yahya di berbagai forum.
Menpar Arief Yahya yang lahir di Banyuwangi memang sangat paham dengan potensi wisata di daerah kelahirannya itu. Taman Nasional Baluran adalah salah satu Taman Nasional di Indonesia yang terletak di wilayah Banyuputih, Situbondo dan Wongsorejo, Banyuwangi (sebelah utara), Jawa Timur. Nama itu diambil dari nama gunung yang berada di daerah ini, yaitu Gunung Baluran.
“Banyuwangi sudah mendapatkan penghargaan atas sukses menjaga Cagar Biosfer Dunia oleh UNESCO, pada Kawah Ijen, Alas Purwo dan Merubetiri. Itu harus dijaga dan dijadikan destinasi berbasis pada alam yang baru,” ujar Menpar Arief Yahya.
Taman Nasional Baluran juga oke. Tempat ini memiliki tipe vegetasi sabana, hutan mangrove, hutan musim, hutan pantai, hutan pegunungan bawah, hutan rawa dan hutan yang selalu hijau sepanjang tahun. Tipe vegetasi sabana mendominasi kawasan Taman Nasional Baluran yakni sekitar 40 persen dari total luas lahan.
“Anda belum mengeksplorasi ke Banyuwangi? Hmm.. Daripada menyesal, lebih baik nikmati keindahan alam dan budaya pemberian Tuhan di sana," ucapnya.