TRIBUNNEWS.COM, DENPASAR - Promosi gencar yang dilakukan Kementerian Pariwisata ke pasar Tiongkok mulai memperlihatkan ‘getarannya’.
Bali, yang menjadi ikon destinasi Inodnesia tak lagi didominasi oleh wisman asal Australia. Posisi Negeri Kanguru yang bertahun-tahun selalu ada di posisi pertama, kini tergeser oleh originasi Tiongkok.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) Bali menunjukkan, kunjungan wisman asal Negeri Tirai Bambu per Februari 2016 mencapai 30,45 persen. Jumlahnya setara dengan 93.920 dari total keseluruhan wisman 338.991 orang.
Itu artinya, turis Tiongkok kini ada di posisi pertama. Australia di posisi kedua dengan 18,17 persen atau 71.336 wisman.
Satu strip di bawahnya, adalah Jepang yang menorehkan prosentase 6,13 persen atau 22.662 wisman. Malaysia di posisi empat besar dengan 3,86 persen atau 14.456 wisman. Sedang Inggris ada di posisi lima besar dengan torehan 3,70 persen atau 9.087 wisman.
“Wisman Tiongkok meledak jumlahnya ke Bali. Griwthnya mencapai 48,75 persen dibandingkan bulan sebelumnya,” tutur Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali, Adi Nugroho, Jumat (8/4).
Menurut Adi, peningkatan itu akibat promosi yang makin efektif Kemenpar di China. Dari sisi transportasi,
Garuda Indonesia digandeng untuk memberikan dukungan dengan membuka rute penerbangan kota-kota penting di Tiongkok dengan Indonesia. Garuda membuka rute langsung, seperti Denpasar-Beijing, dan Denpasar-Guangzhou sejak 2015.
Tahun ini Garuda juga melayani direct flight Denpasar-Shanghai PP tiga kali sepekan. Dari sisi kebijakan, pemerintah juga membebaskan visa masuk singkat.
Juga membuka akses CAIT, untuk yacht (perahu pesiar) dan Cabotage untuk cruise (kapal pesiar).
Kemenpar tak pernah berhenti menggelar sales mission, even travel mart, pameran pariwisata, pekan promosi kuliner, pertunjukan gamelan, festival, hingga berpartisipasi dalam bursa pariwisata di Negeri Tirai Bambu tersebut. Belum lagi promosi melalui media online dan media cetak maupun elektronik yang kian massif.
“Promosi adalah kata kuncinya. Kalau ini sukses, pariwisata akan menjadi generator pemacu dinamika pembangunan Indonesia,” papar Adi.
Hal yang rasa-rasanya tidak berlebihan mengingat Organisasi Pariwisata Dunia telah memprediksikan bahwa pariwisata merupakan industry terbesar yang tumbuh di abad 21 ini.
Pertumbuhannya diperkirakan mencapai 1,6 miliar wisatawan pada tahun 2020, dengan jumlah angka pembelanjaan mencapai US$ 2 triliun.