TRIBUNNEWS.COM - Kuliner merupakan salah satu tujuan orang bepergian ke suatu kota, salah satunya Semarang.
Selain kuliner tersohornya seperti lumpia, tahu gimbal, dan bandeng presto, Semarang memiliki olahan pisang bakar yang unik.
Sebutannya Pisang Plenet, dalam istilah orang Jawa sendiri, plenet adalah menekan sesuatu hingga pipih. Maka sudah terbayang pisang plenet merupakan pisang yang berbentuk pipih.
Pisang bakar identik dengan kuliner “street food” yang bisa Anda temui di pinggir jalan yang menyajikan kuliner malam.
Meski begitu pisang plenet khas Semarang ini sudah sulit ditemui di Semarang. Jika ditelusuri hanya tinggal beberapa saja yang bertahan dan menjadi incaran para penikmat kuliner.
Pisang plenet khas Semarang ini sudah sulit ditemui di Semarang. Jika ditelusuri hanya tinggal beberapa saja yang bertahan, dan menjadi incaran para penikmat kuliner. (Kompas.com/ M. Irzal )
Anda bisa menemukan kuliner legendaris ini di tiga tempat Semarang, Jalan Pemuda barisan ruko Mall Sri Ratu, Jalan Gajah Mada, dan kawasan kuliner Pasar Semawis.
KompasTravel pun menyambangi salah satu tempat pisang plenet yang tersohor di Semarang, yaitu kawasan jajanan Pasar Malam Semawis di Pecinan Semarang, pisang plenet di sini telah ada sejak tahun 1960.
Pisang plenet Pak Tuko berada di jejeran tenda kuliner Semawis. Pisang plenet ini dijajakan masih dengan menggunakan gerobak tradisional, lengkap dengan tungku pembakaran arang. Asap pisang yang mengepul ke jalanan seperti mengajak para pejalan kaki untuk mampir ke gerobak tersebut.
Kini pisang plenet Pak Tuko dikelola oleh generasi ketiga atau para cucu dari Pak Tuko, sang pelopornya. Tris Sugianto, salah satunya, mengatakan bahwa kakeknya dahulu merupakan pelopor kuliner tersebut yang kini jadi salah satu kuliner khas Semarang.
Ia menggunakan pisang kepok jawa sebagai bahan baku utama pisangnya. Pisang kepok jenis tersebut menurutnya mempunyai tekstur yang kuat, tidak mudah hancur ketika dibakar dan dipipihkan, serta mempunyai daya tahan yang kuat dan rasa manis yang pas.
“Pisang kepoknya harus yang di Jawa, karena kesat setelah dibakar dengan benar, manisnya pas dan tidak hancur kalau di-plenet,” ujar Tris Sugianto kepada KompasTravel, Minggu (10/4/2016).
Pisang tersebut dikupas dan dibakar di atas tungku arang dengan panas sedang. Setelah terlihat layu, pisang diangkat dan ditekan menggunakan dua papan tipis. Bagian dalamnya yang lunak akan melebar. Setalah itu diolesi margarin kemudian dibakar kembali hingga matang merata.
Setelah terlihat menguning dan gosong di beberapa bagian, pisang tersebut diangkat, kembali diolesi margarin dan diberi isian. Anda bisa memilih rasa cokelat, kacang, keju, selai nanas, dan tepung gula, ataupun kombinasinya.
Setelah itu kembali ditutup atasnya oleh pisang piph sehingga sepertisandwich. Kembali atasnya diberi topping yang sama dengan isian. Pisang plenet pun siap dihidangkan.