Namun masuk ke dalam ruangan sensasi berbeda akan langsung terasa.
Berbagai gambar timbul yang menghiasi hampir semua sisi dinding ruangan, akan langsung membawa Anda pada nuansa jadul.
Interior ruangannya sengaja tidak terlalu sering dicat sehingga kondisi dinding terlihat agak usang.
Ada pula beberapa foto artis yang sudah terlihat usang, terpampang di dinding menjadi kenang-kenangan bahwa tempat ini pernah disinggahi artis puluhan tahun silam.
Doyok misalnya. Dalam foto tersebut tampak masih berpostur kerempeng.
Ada juga artis lainnya, maupun beberapa pejabat Jambi.
Bagi beberapa pelanggan, menikmati es di tempat ini mampu membuat suasana hati menjadi riang. Prasetyo misalnya.
Karyawan swasta di Kota Jambi ini sudah familiar dengan es Deddy, karena sejak kecil sering ikut orang tuanya ketika berbelanja di pasar.
“Nikmat rasanya, sekaligus bernostalgia. Dulu waktu kecil suka minum es sambil lihat gambar-gambar di dinding. Dulu favorit saya manusia berkepala kuda itu, cuma kalo sekarang lihatnya kok malah agak serem,” candanya sambil menunjuk sisi dinding bergambar.
Harga sup buah dan es campur sama, yakni Rp 13 ribu per porsi, sedangkan es buah hanya Rp 12 ribu saja.
Nah, harga makan di tempat dan dibawa pulang ternyata beda lho!
Harga yang tadi disebut adalah harga untuk makan di tempat, sedangkan untuk harga take away ada selisih harga lebih mahal seribu rupiah.
Ini dikarenakan porsi yang terpaut seperempat lebih banyak dari porsi makan di tempat.
Pemilik warung es ini adalah Deddy Alex.
Sudah 35 tahun lebih, ia menjual es campur di sebuah ruko mungil di tengah keramaian pasar Jambi. Ketika merintis usaha ia hanya menawarkan es tersebut Rp 500 per porsi.