News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Wisata Jatim

Jelajah Pesona Bawean Dari Surabaya Lebih Asyik dan Flesikbel Dengan Kapal Ferry

Editor: Agung Budi Santoso
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Menu serba seafood mewarnai perjalanan kapan ferry dari Surabaya ke Pulau Bawean. (Fifin Maidarina )

Jalur masuk ke air terjun adalah melewati perkampungan lagi, Berjalan mengikuti aliran sungai, terus naik ke atas, sampai sisa perjalanan hanyalah menembus sungai berbatu besar-besar. Bunyi jatuhnya air terjun seolah menyemangati kami untuk segera tiba di puncaknya. 

Ternyata hari ini, kamilah pengunjung satu-satunya,. Sepi, bersih, alami, dengan debit air yang cukup besar, membuat keder juga untuk mandi mendekat. Air terjunnya cukup tinggi dikelilingi tebing dan lebatnya pohon hijau di sekelilingnya. Sungguh masih alami.

Mistis tentang obat awet muda ? Yeah, hampir di semua air terjun seperti itu, jadi basuh saja muka dan bilas tangan, bila perlu sekalian mandi dan berendam di kolam cekungannya. Segar dan sehat tentunya.

Roti Canai

Sarapan yang cukup berat tadi pagi, membuat perut ini masih belum terasa lapar, meski sudah tengah hari. Tapi mas O’eng tetap saja mengajak kami mencicipi roti canai, khas pulau Bawean. Makanan dari India ini, menjadi salah satu yang khas di Bawean, karena penduduk Bawean yang pernah jadi TKI di Malaysia membawa kultur tersebut masuk ke pulau ini.

Canai yang tersaji, seporsi isi dua dan cukup tebal, namun tebalnya ini bukan karena tepung semata, tapi karena adanya telur yang dicampur acak dengan tepung, sehingga masih sangat terasa telurnya. Plus disajikan dengabkuah kare yang gurih nikmat. Dijamin ini bukan karena kami lapar, tapi memang enak rasanya.

Kolam Air Panas

Setelah mandi air terjun, jujugan terakhir adalah menuju kolam air panas Tapi sebelum sampai sana, kami mampir ke salah satu rumah warga, kenalan pak Lurah, untuk mencicipi legen khas Bawean. Orang Bawean sendiri jarang minum air legennya.

Mereka mengolahnya menjadi gula merah saja, kemudian dijual dengan bungkus daun jati. Hanya kepada pendatang saja, biasanya mereka ambilkan legen dari pohonnya, kemudian dimasak dengan cara dibakar dalam wadah bambu, kemudian menyajikannya sesaat setelah agak dingin.

Bau sangit khas bakaran, masih tercium saat kami meminumnya dari gelas, tapi rasanya sungguh segar, manisnya beda dengan legen yang biasa diminum di pulau Jawa.

Dan kami diberi gula merah khas Bawean, masing-masing segelondong kecil untuk dibawa pulang ke Surabaya. Ternyata ini wujudnya gula merah yang disajikan ibu Lurah tadi pagi dengan jahe saat sarapan.

Sebelum gelap, akhirnya kami sampai di kolam air panas, yang ternyata cuma kolam kecil, dengan sumber air panas yang mengucur di tengahnya.

Panas sekali sampai tidak kuat rasanya menceburkan seluruh tubuh ke dalam, hanya kaki yang kuat icip-icip menyentuh panasnya.

Tepat saat magrib, kami semua sudah kembali ke rumah pak Lurah dan siap disambut dengan menu serba ikan lagi. Sungguh istimewa hidup kami hari ini.

Halaman
1234
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini