Gajah tertua yang bernama Kyai Rebo di Jurug telah mati dan diawetkan serta dipajang di galeri koleksi binatang Taman Jurug persis didepan gerbang masuk, seakan menyambut para pengunjung.
Koleksi pertama yang langsung terlihat adalah satu keluarga gajah, seekor induk gajah, pejantan dan seekor anak gajah.
Bergeser, akan ada kubah burung dengan puluhan koleksi unggas.
Koleksi binatang lainnya antara lain macan tutul, harimau sumatera, ular, komodo, iguana, kuda, landak, dan kuda nil.
Juga ada beruang, kera, zebra, unta, buaya, merak, kijang, gajah, siamang.
Di hampir setiap kandang, tersedia papan informasi yang berisi nama satwa, deskripsi singkat bagaimana satwa hidup dan juga informasi mengenai makanan satwa.
Sangat membantu dalam mengenali satwa.
Namun ingat, pengunjung dilarang memberi makan satwa.
“Sebaiknya jangan, karena tidak semua yang dikasih ke satwa itu baik bagi kesehatan satwa, memberi makan bukan bikin kenyang malah bisa jadi bikin mati,” terang Direktur Perusda TSTJ, Bimo Wahyu Widodo Dasir Santoso.
Selain fauna, Taman Jurug juga mengoleksi berbagai tumbuhan seperti pohon cemara, pinus, munggur (trembesi),flamboyan, akasia, dan pohon-pohon besar lainnya.
Pohon-pohon yang tinggi dan rindang ini cukup membuat suasana sejuk seperti di hutan habitat asli binatang-binatang itu.
Pasangan Dani (56) dan Yuni (48), bersama dua anaknya berkunjung ke TSTJ, Minggu (1/5/2016) .
Bagi dani, TSTJ merupakan tempat wisata yang mudah dijangkau, relatif murah, dan menarik karena keberagaman flora dan fauna. ”Jalan-jalan di kebun binatang menyenangkan dan bisa menghilangkan stres,” kata guru sekolah dasar itu.
Istrinya, Yuni, menuturkan, di TSTJ dia bisa melihat langsung macan, jerapah, gajah, zebra, dan banyak hewan menarik lainnya. ”Jadi, tidak hanya menonton di televisi. Di sini, kami melihat dan mendengar suara satwa,” ujar Yuni.