News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Wisata Solo

Monumen Gesang di Tepi Bengawan Solo Ini Untuk Mengenang Karya Sang Maestro

Editor: Agung Budi Santoso
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Inilah Monumen Gesang, untuk mengenang karya sang Maestro, di tepi Sungai Bengawan Solo.

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Imam Saputro

TRIBUNSOLO.COM, SOLO -  Mengadopsi lagu Bengawan Solo ciptaannya, taman Gesang terletak membelakangi aliran sungai terpanjang di Pulau Jawa itu.

Posisinya tepat untuk tempat bersantai sambil menikmati pemandangan Bengawan Solo, dahulu Taman Gesang sering dipakai menggelar orkes keroncong yang ramai diminati pengunjung, namun kini sepi.

Taman Gesang didirikan oleh organisasi Jepang, Perhimpunan Dana Gesang di Jepang, pada tahun 1983 dan diresmikan 10 tahun kemudian pada tanggal 1 Oktober 1993 oleh Walikota Surakarta, Hartomo, dan Ketua Perhimpunan Dana Gesang di Jepang, Mitsuo Hirano.

Gesang memiliki nama lengkap Gesang Martohartono sudah diakui sebagai maestro keroncong oleh dunia.

Gesang lahir di Surakarta (Kasunanan Surakarta, Hindia Belanda) Jawa Tengah, pada tanggal 1 Oktober 1917.

Karyanya yang melegenda adalah lagu Bengawan Solo.

Lagu Bengawan Solo, merupakan lagu keroncong yang diciptakan pada tahun 1940 oleh Gesang.

Gesang menciptakan lagu ini setelah terinspirasi dari sungai yang terkenal di Solo, yaitu Bengawan Solo di Jawa Tengah yang kerap meluap.


Aliran Sungai Bengawan Solo. (TRIBUNSOLO.COM/ IMAM SAPUTRO)

Lagu ini mendeskripsikan tentang Bengawan Solo dengan gaya nostalgia dan lantunan musik yang menenangkan.

Lagu Bengawan Solo sangat terkenal di berbagai negara di dunia, bahkan hingga diterjemahkan ke dalam 13 bahasa, diantaranya bahasa Jepang, Inggris, Rusia, China, dll.

Di Jepang, lagu ini dibawa oleh tentara Jepang dan dipopulerkan oleh beberapa penyanyi dan salah satunya oleh Toshi Matsuda, sementara di Uni Soviet (Rusia), lagu ini dinyanyikan dengan sukses oleh penyanyi Maya Golovnya.

Di Taman Gesang dapat menikmati semilir angin, rindangnya pepohonan dan suara gemericik air.

Mungkin sensasi yang hampir sama dirasakan Gesang, saat beliau duduk menulis lagu Bengawan Solo 76 tahun yang lalu.

Penggalan lirik lagu Bengawan Solo ciptaan Gesang, terukir dalam sebuah prasasti di Taman Gesang yang berlokasi dalam Taman Satwa Taru Jurug,  Solo, Jawa Tengah.

Tidak banyak memang yang bisa ditemukan di taman ini, Prasasti, pendopo kecil, tempat pertunjukan, sebuah bangkai pesawat, patung Gesang, dan petilasan Joko Tingkir tak jauh dari sana.

Salah seorang pedagang di kawasan Taman Gesang mengaku semenjak Gesang wafat, taman Gesang menjadi sepi, padahal dahulunya sering digelar pertunjukkan music.

“Dahulu hampir setiap minggu ada pertunjukkan keroncong, banyak orang yang piknik. Pak Gesang sendiri dulu pernah berkunjung, sekarang sepi” ujarnya.


Komplek Monumen Gesang di tepi Sungai Bengawan Solo (TRIBUNSOLO.COM/ IMAM SAPUTRO)

Musik Bengawan Solo sangat dikagumi karena notasi musik keroncong yang unik, nada-nada yang damai, dan lirik yang menghanyutkan.

Selain, Bengawan Solo, Gesang juga menciptakan berbagai lagu keroncong, seperti Jembatan Merah, Pamitan, Andheng-Andheng, Roda Dunia, Si Piatu, Sapu Tangan, Impenku, Pandan Wangi, Dunia Berdamai, dan lain-lain.

Gesang meninggal dunia pada hari Kamis, 20 Mei 2010, pukul 18:10, di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta.

Gesang memang telah wafat, namun karyanya akan terus mengalun, seperti bengawan Solo…

Bengawan Solo, riwayatmu ini…..

Sedari dulu jadi, perhatian insani….(*)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini