TRIBUNNEWS.COM - Kementerian Pariwisata (Kemenpar) makin aktif memperkenalkan destinasi wisata di Indonesia. Terutama dalam menciptakan objek atraksi baru Bali and Beyond.
Di antaranya dengan konsep Familiarization Trip (Famtrip) Kemenpar yang melibatkan 18 wisatawan yang berprofesi sebagai pelaku travel agents dan tur operator di Afrika Selatan.
Pengunjung Candi Borobudur melihat kondisi stupa. Kunjungan di candi Borobudur dan Prambanan dinilai masih rendah. Foto diabadikan, Rabu (9/3/2016). (Tribunnews.com/Wahid Nurdin)
Mereka memperkenalkan "Kota Lumpia" Semarang dan "Kota Gudeg" Yogyakarta yang masuk dalam program Joglo Semar (Jogjakarta-Solo-Semarang).
Siaran pers Kemenpar, Senin (16/5/2016), menyebutkan, setelah menikmati rimba dan orangutan yang langka di Kalimantan, rombongan menikmati keunikan Semarang dan Yogyakarta.
”Tidak ada kata lain selain luar biasa, sangat indah dan mempesona, Indonesia ternyata punya semuanya, jauh dari pikiran saya begitu uniknya Indonesia,” kata Koordinator rombongan 18 pelaku Travel dan Operator asal Afrika Selatan, Shona May Pittaway.
Bagaimana tidak sumringah Shona dan kawan-kawan, Kemenpar mengemas Famtrip dengan fun dan nyaman.
Setelah ke Tanjung Puting melihat keajaiban alam Indonesia, para wisatawan dibawa ke sebuah Hotel Mesastila yang berada di kawasan dingin di daerah Magelang.
ARSIP HUMAS KEMENPAR - Peserta Familiarization Trip (Famtrip) Kemenpar yang melibatkan 18 wisatawan yang berprofesi sebagai pelaku travel agents dan tur operator di Afrika Selatan saat berada di Mesastila Hotel and Resort, Jawa Tengah.
Hotel heritage yang berada di tengah kebun, rindang, tetapi ada budaya masyarakat lokal yang sangat Jawa.
Pemandangan gunung dan pepohonan membuat mata mereka selalu sejuk.
Beberapa barang kuno dipajang, dengan pendopo kayu jati yang indah dan klasik.
Bukan hanya untuk menginap, mereka disuguhkan kekayaan alam seperti anugerah alam tropis yang menghasilkan kopi nikmat.
Dengan diapit dua gunung, mereka disuguhkan racikan kopi yang nikmat secara langsung.
Setelah dibuat merinding dengan alam dingin tanah air dan nikmatnya kopi Java, mereka dikejutkan dengan salah satu keajabain dunia, yakni Candi Borobudur.
”Kami tidak mengira Borobudur begitu besar, lengkap dengan cerita sejarahnya, budaya Indonesia sangat seksi dan di luar nalar kita, sangat unik dan mengejutkan, kami akan ceritakan ini semua,”kata Shona.
Asisten Deputi (Asdep) Pengembangan Pasar Eropa, Timur Tengah, Amerika dan Afrika Kemenpar, Nia Niscaya memang berfikir keras untuk mengubah para wisatawan asal Afsel ini agar tidak selalu bertujuan ke Bali saja.
Menurut Nia, Joglosemar atau Jogja-Solo-Semarang, juga masuk daerah yang di-branding dalam pemasaran pariwisata internasional oleh Kemenpar.
KOMPAS.COM/AMIR SODIKIN - Candi Borobudur
Itu karena, lanjut Nia, ketiga daerah memiliki potensi di bidang budaya, belanja, dan kuliner, untuk mendongkrak kunjungan wisatawan mancanegara (wisman).
”Semoga mereka juga membuat paketnya ke Solo setelah mengetahui Jogja dan Semarang. Karena, salah satu alasan turis mancanegara datang ke Indonesia adalah melihat wisata alam budaya dan karya manusia," kata Nia.
Nia memaparkan, wisata budaya menyumbang pasar terbesar mencapai 60 persen.
Wisata budaya masih terbagi menjadi warisan budaya dan sejarah sebesar 20 persen, belanja dan kuliner 45 persen, serta wisata kota dan desa sebesar 35 persen.
Berdasarkan data tersebut, Kota Jogja, Solo, dan Semarang, layak masuk daftar daerah yang di-branding dalam pemasaran pariwisata internasional.
Untuk branding pemasaran di mancanegara, Kota Jogja, Solo, maupun Semarang bisa mengusulkan pilihan tematik keunggulan daerahnya masing-masing. Seperti keris, batik, serta beragam kekayaan budaya maupun kulinernya.